Bandung Barat kembali diguncang kabar tak menyenangkan. Sebanyak 500 pelajar di Kecamatan Cipongkor dilaporkan mengalami gejala keracunan usai menyantap makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu (24/9). Insiden ini sontak menyedot perhatian publik, mengingat jumlah korbannya terus melonjak layaknya gelombang yang sulit dibendung.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, memastikan pihaknya bergerak cepat untuk menangani situasi tersebut.
“Teridentifikasi 500 yang mengeluh (keracunan) dan langsung kami tangani,” kata Herman di posko Cipongkor.
Ratusan Siswa Ditangani di Dua Lokasi
Herman menjelaskan, dari total 500 korban, sekitar 400 pelajar mendapatkan perawatan di Posko Cipongkor, sementara 100 lainnya dirujuk ke Puskesmas Citalem. Mereka rata-rata mengeluhkan gejala mual, sesak napas, pusing, dan lemas.
“Kondisinya seperti itu, tentu sekali lagi tidak kita harapkan. Tapi, faktanya, ada musibah, keracunan. Keluhannya pada umumnya itu mual, sesak, pusing, lemas,” ujarnya.
Ia pun memastikan kehadirannya di posko untuk meninjau langsung kondisi para siswa serta mengecek kesiapan fasilitas kesehatan. Upaya penanganan, menurutnya, melibatkan berbagai pihak lintas daerah.
“Teman-teman bisa lihat, ambulans kami kerahkan, tenaga medis kami kerahkan, bukan hanya dari KBB tapi juga dari kota Bandung, dari kota Cimahi dan dari kabupaten Bandung,” kata Herman.
Kekhawatiran Orang Tua dan Evaluasi Program MBG
Kasus ini menimbulkan kecemasan besar di kalangan orang tua. Sebagian dari mereka menyuarakan keberatan agar anak-anaknya tidak lagi dijadikan peserta dalam program MBG, karena khawatir musibah serupa kembali terjadi. Herman menyatakan aspirasi tersebut akan segera diteruskan kepada Badan Gizi Nasional (BGN) selaku pihak berwenang.
“Nah, kalau terkait itu, tentu kami akan laporkan ke BGN, karena otoritasnya adalah di BGN, yang jelas, Pemda Provinsi Jawa Barat mendukung program MBG,” tegasnya.
Ia menambahkan, Pemprov Jabar tetap berada di barisan pendukung penuh program yang digagas pemerintah pusat tersebut, meski mengakui ada hal teknis yang masih perlu disempurnakan.
“Pak Gubernur mendukung program ini. Terkait teknisnya, ada kekurangan dan lain sebagainya, tentu kan harus bereskan evaluasi,” sambung Herman.
Status KLB dan Penutupan Dapur
Menyusul kejadian ini, Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Selama masa KLB, dapur-dapur penyedia makanan di Cipongkor akan ditutup sementara. Namun Herman meluruskan bahwa penghentian itu hanya berlaku pada dapur yang diduga menjadi sumber masalah dalam insiden awal pekan lalu.
“Ini beda SPPG yang hari Senin. (Dan penutupan SPPG) itu otoritas dari BGN,” jelasnya.
Jalan Panjang Perbaikan
Kasus keracunan massal ini bagaikan tamparan keras bagi program MBG yang sejatinya bertujuan mulia: memastikan anak-anak sekolah mendapat asupan sehat dan bergizi. Namun, alih-alih menyehatkan, kelalaian dalam pengelolaan justru menimbulkan malapetaka yang tak diinginkan.
Meski begitu, pemerintah daerah bersama BGN kini dihadapkan pada pekerjaan rumah besar—yakni memperbaiki sistem distribusi dan pengawasan makanan. Harapannya, insiden di Cipongkor menjadi pelajaran agar tragedi serupa tidak terulang, dan semangat menyediakan makanan sehat bagi generasi muda tetap terjaga tanpa harus menimbulkan korban.