Hingga Kamis sore, 2 Januari 2025, pemukiman penduduk di kawasan pesisir Muara Angke, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, masih tergenang oleh banjir rob. Tinggi permukaan air mencapai 80 cm hingga satu meter, yang menyebabkan gangguan signifikan terhadap kegiatan sehari-hari masyarakat setempat.
Banjir rob yang kerap melanda setiap tahun membuat warga setempat mulai merasa pasrah. Meskipun air laut terus merendam hingga mencapai pergelangan kaki, mereka tetap melanjutkan aktivitas sehari-hari.
Di sisi lain, banyak barang-barang berharga di rumah yang mengalami kerusakan akibat banjir yang terus menggenang.
Salah satu akibat paling signifikan dari banjir rob adalah terhambatnya akses terhadap air bersih. Warga terpaksa mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli air dalam kemasan jerigen, sebagai solusi sementara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Santi (40), seorang penduduk yang terkena dampak, mengungkapkan bahwa air sumur yang biasanya digunakan untuk keperluan sehari-hari tidak dapat dimanfaatkan selama banjir rob berlangsung.
“Terpaksa beli air pikulan karena air sumur nggak ngalir. Satu pikulan harganya Rp 5.000. Kalau air dorong (PAM) belum masuk karena banjir,” ungkapnya.
Pengalaman serupa juga dialami oleh Pujianti (62). Ia mengungkapkan bahwa banjir rob yang sudah berlangsung selama dua hari memaksanya untuk mengeluarkan biaya tambahan guna memenuhi kebutuhan air bersih.
“Sebelum banjir, pagi-pagi sudah beli 6 galon air. Satu galon dihargai Rp 5.000. Dalam sehari, saya habis sekitar Rp 30.000 untuk air bersih,” jelasnya.
Di sisi lain, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta mengingatkan masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya banjir rob, yang diprediksi akan berlanjut hingga 3 Januari 2025.