“Mobil cumi-cumi darat” merupakan sebutan bagi kendaraan bermesin diesel yang mengeluarkan asap hitam pekat dari knalpotnya.
Fenomena ini sempat menjadi tren yang cukup populer di kalangan penggemar otomotif di Indonesia.
Julukan “mobil cumi-cumi darat” diberikan kepada kendaraan bermesin diesel yang telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga mengeluarkan asap hitam pekat dari knalpotnya.
Istilah “mobil cumi-cumi darat” disematkan karena asap hitam yang keluar dari knalpot kendaraan tersebut mirip dengan tinta hitam yang dikeluarkan oleh cumi-cumi saat merasa terancam.
Toyota Kijang Innova diesel merupakan salah satu contoh mobil “cumi-cumi darat” yang sering ditemui di jalan.
Pada generasi awalnya, Innova diesel menggunakan mesin 2KD-FTV yang dikenal hemat bahan bakar, memberikan efisiensi tinggi dalam konsumsi energi.
Setelah dimodifikasi, kendaraan ini mengalami perubahan yang signifikan pada emisi gas buangnya.
Modifikasi menjadi “cumi-cumi darat” umumnya dilakukan dengan cara meningkatkan debit solar yang masuk ke ruang bakar, sehingga pembakaran menjadi lebih banyak dan menghasilkan asap hitam pekat.
Selanjutnya, modifikasi “cumi-cumi darat” biasanya mencakup penutupan saluran resirkulasi gas buang (EGR) dan pembuangan catalytic converter pada knalpot.
Dengan menonaktifkan sistem EGR, gas buang yang seharusnya diolah kembali ke dalam mesin tidak lagi diproses.
Sementara penghilangan catalytic converter menghilangkan sistem yang berfungsi untuk mengurangi emisi berbahaya.
Semakin banyak bahan bakar solar yang tidak terbakar dengan sempurna di ruang bakar, semakin banyak pula asap hitam pekat yang dihasilkan.
Karena mobil “cumi-cumi darat” mengeluarkan emisi hitam pekat, kendaraan ini secara signifikan menyumbang polusi udara.
Di sejumlah negara, termasuk Indonesia, kendaraan dengan modifikasi seperti ini tidak diizinkan untuk bebas melintas di jalan raya.
Hal ini disebabkan karena modifikasi yang dilakukan sering kali melanggar peraturan emisi kendaraan yang berlaku.
