Bencana banjir yang menerjang wilayah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, disebabkan oleh meluapnya aliran sungai dan kerusakan tanggul, terus berkembang.
Hingga Selasa (21/1/2025) malam, sebanyak 28 desa di sembilan kecamatan terimbas dampak banjir tersebut.
Jumlah pengungsi semakin meningkat, dengan banyak warga yang berpindah ke pusat-pusat pengungsian guna mendapatkan perlindungan.
Salah satu area yang mengalami dampak paling parah adalah Desa Baturagung, Kecamatan Gubug.
Dua titik pengungsian telah didirikan di balai desa dan rumah ibadah sebagai upaya untuk menampung para korban.
Ali Sodikin, petugas yang bertugas di posko pengungsian Balai Desa Baturagung, melaporkan bahwa total pengungsi yang berada di kedua pusat pengungsian tersebut kini mencapai sekitar 200 orang.
Untuk sementara, posko ini (balai desa) ada 150 orang, dan terus bertambah. Posko masjid ada 50 jiwa,” kata Ali Sodikin pada Selasa malam
Banjir yang menerjang wilayah ini telah merendam ratusan rumah, dengan ketinggian air yang mencapai 1,5 meter di titik-titik yang paling terdampak.
Faktor utama penyebab banjir adalah kerusakan pada tanggul di tiga lokasi berbeda, dengan masing-masing retakan memiliki lebar lima meter, 20 meter, dan yang terbesar mencapai 30 meter.
Salah satu pengungsi, Susanti, berbagi kisahnya tentang pengalaman dramatis saat banjir datang secara tiba-tiba.
“Air tiba-tiba langsung deras. Itu rumah separo rumah saya. Saya kan menyelamatkan diri, mau ke sana enggak bisa, akhirnya di atap genteng,” ujarnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan mengungkapkan bahwa hingga Selasa malam, jumlah rumah yang terendam banjir telah mencapai 4.727 unit.
Angka ini menggambarkan bahwa dampak banjir semakin meluas, sementara upaya evakuasi dan pemberian bantuan kepada para pengungsi terus dilakukan tanpa henti.