Memasuki awal tahun 2025, jumlah kasus Chikungunya di Banyuwangi mengalami lonjakan. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan setempat, hingga awal Februari 2025 sudah tercatat 40 warga yang terjangkit penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk tersebut.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat, menjelaskan bahwa Chikungunya disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti, vektor yang juga menjadi penyebab demam berdarah. Saat ini, kasus Chikungunya tersebar di tiga kecamatan, yaitu Cluring, Srono, dan Purwoharjo.
“Kasus Chikungunya di awal tahun ini cenderung meningkat. Kasus paling banyak terjadi di Kecamatan Cluring dengan 25 kasus, Srono 9 kasus dan Purwoharjo 6 kasus,” ujar Amir, Senin (10/2/2025).
Meski penyakit ini tidak bersifat mematikan, Amir menegaskan bahwa gejala yang ditimbulkan cukup mengganggu. Penderita umumnya mengalami demam tinggi yang disertai nyeri hebat pada persendian, yang membuat penderitanya sulit bergerak. Namun, infeksi ini biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu sekitar dua minggu tanpa perlu penanganan medis khusus.
“Ini menjadi perhatian kami, karena disebut sebagai kejadian luar biasa (KLB). Puskesmas di wilayah terdampak, sudah kami minta melakukan penanganan,” kata Amir.
Sebagai langkah pencegahan, Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat untuk lebih aktif dalam memberantas tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan pola hidup bersih, salah satunya melalui gerakan 3M, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup wadah yang bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, serta mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menampung air.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, diharapkan penyebaran Chikungunya dapat ditekan, sehingga kasus serupa tidak terus meningkat di masa mendatang.