Ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel kembali membara setelah serangan udara yang diluncurkan oleh Israel mengakibatkan dua orang kehilangan nyawa di wilayah selatan Lebanon. Kementerian Kesehatan Lebanon menyampaikan bahwa korban jiwa bertambah menjadi dua orang akibat serangan yang menyasar kota Zibqin.
“Jumlah korban dalam serangan yang dilancarkan oleh musuh Israel di kota Zibqin meningkat menjadi dua orang tewas,” ujar pernyataan resmi Kementerian Kesehatan Lebanon, seperti dilansir AFP pada Senin (7/4/2025).
Serangan ini disebut oleh pihak militer Israel sebagai bagian dari operasi yang menyasar kelompok Hizbullah. Dalam keterangannya, Israel menyatakan bahwa target dari serangan tersebut adalah dua aktivitas yang diklaim sebagai bagian dari pembangunan ulang infrastruktur militer Hizbullah di kawasan tersebut.
Meski sejak akhir November telah tercipta kesepakatan gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hizbullah — yang selama ini dikenal mendapat dukungan dari Iran — aksi militer seperti ini masih terus berlangsung. Gencatan senjata yang semula dimaksudkan untuk meredam permusuhan selama lebih dari satu tahun tampaknya belum sepenuhnya menghentikan serangan.
Serangan di Zibqin kali ini bertepatan dengan kunjungan Morgan Ortagus, wakil utusan khusus Amerika Serikat untuk kawasan Timur Tengah, yang berada di Lebanon untuk berdiskusi dengan para pejabat tinggi mengenai kondisi keamanan di wilayah selatan negara tersebut.
Sebelumnya, rentetan kekerasan juga terjadi. Pada Jumat lalu, Israel meluncurkan serangan udara yang menewaskan seorang komandan dari kelompok militan Palestina, Hamas, di kota pelabuhan Sidon, Lebanon selatan. Dua anak dari komandan tersebut yang telah dewasa turut menjadi korban dalam serangan tersebut.
Serangan demi serangan terus berlanjut. Sehari sebelum kejadian di Sidon, militer Israel menyatakan telah menggempur lokasi di Lebanon selatan dan menargetkan seorang anggota Hizbullah. Bahkan, pada Selasa sebelumnya, wilayah Beirut bagian selatan juga menjadi sasaran. Serangan itu menewaskan seorang perwira penghubung Palestina yang terafiliasi dengan Hizbullah, menjadi yang kedua di ibu kota sejak kesepakatan gencatan senjata pada 27 November.
Dalam peristiwa di Beirut tersebut, Kementerian Kesehatan Lebanon mencatat empat orang kehilangan nyawa, termasuk seorang perempuan. Kondisi di lapangan menggambarkan bahwa konflik yang semestinya diredam oleh kesepakatan damai justru kembali menyulut bara di sepanjang perbatasan.