Serangan udara yang dilancarkan oleh Amerika Serikat (AS) di pelabuhan bahan bakar Yaman telah menyebabkan tragedi besar, merenggut setidaknya 80 nyawa dan menambah daftar panjang penderitaan yang dialami negara termiskin di Jazirah Arab ini. Serangan yang terjadi pada Jumat malam (18/4/2025) ini telah mencatatkan angka korban tewas yang paling tinggi dalam 15 bulan terakhir, menjadi serangan mematikan dengan dampak yang tak terelakkan bagi warga sipil.
Menurut keterangan yang diperoleh dari AFP, serangan ini diarahkan ke Ras Issa, sebuah pelabuhan strategis yang mengimpor bahan bakar ke wilayah yang dikuasai pemberontak Houthi. Militer AS mengklaim bahwa serangan ini bertujuan untuk memutuskan pasokan vital bagi kelompok pemberontak dan menanggulangi pendanaan yang digunakan untuk memperpanjang konflik yang telah berlangsung lama di negara tersebut.
Gambar yang ditayangkan oleh saluran televisi yang dikelola oleh Houthi memperlihatkan kobaran api besar yang menerangi langit malam, menambah kesan dramatis dari bencana tersebut. Di tengah kehancuran ini, tim penyelamat yang bekerja di lapangan masih berusaha menemukan mayat-mayat korban di terminal bahan bakar yang terletak di pesisir Laut Merah. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah korban bisa terus meningkat.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Kesehatan Houthi, Anees Alasbahi, menegaskan bahwa tim penyelamat masih terus menggali reruntuhan dan memeriksa setiap sudut di lokasi untuk memastikan tidak ada lagi korban yang tertinggal. “Jumlah korban tewas dari serangan ini diperkirakan sudah mencapai 80 orang, dengan sekitar 150 lainnya mengalami luka-luka,” jelasnya.
Pada saat yang bersamaan, kelompok Houthi mengumumkan bahwa mereka telah melancarkan serangan balasan dengan rudal yang menargetkan Israel dan dua kapal induk milik AS. Serangan rudal ini, meskipun dibantah oleh pihak Israel yang mengklaim berhasil mencegatnya, menunjukkan eskalasi lebih lanjut dari ketegangan yang telah berlarut-larut di kawasan ini.
Pernyataan Houthi tidak berhenti di situ. Di seluruh kota yang berada di bawah kendali mereka, demonstrasi besar-besaran meletus, dengan para pengunjuk rasa mengibar-ngibarkan spanduk dan meneriakkan kalimat bernada keras: “Matilah Amerika! Tamatlah Israel!” Dalam unjuk rasa yang berlangsung di ibu kota Sanaa, juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, menyampaikan pesan yang mengandung peringatan keras terhadap AS dan sekutunya. “Peningkatan kekuatan militer Amerika dan agresi yang terus berlanjut terhadap negara kita hanya akan menyebabkan lebih banyak serangan balik dan operasi penyerangan, bentrokan, dan konfrontasi,” tegasnya dengan penuh keyakinan kepada massa yang memadati jalanan kota.
Serangan ini bukan hanya menambah angka korban dalam perang yang tak berkesudahan di Yaman, tetapi juga semakin memperburuk hubungan yang sudah tegang antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik ini. Kejadian tersebut mengingatkan dunia akan ketegangan yang semakin memuncak di kawasan Timur Tengah, dengan serangan yang semakin brutal dan balasan yang tidak pernah berhenti. Ke depan, dunia harus mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan perburukan lebih lanjut dari situasi yang semakin rumit ini.