Dalam nuansa diplomatik yang kental, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati kembali menjalin komunikasi dengan mitranya dari Tiongkok, H.E. Lan Fo’an. Pertemuan berlangsung di Milan, Italia, menjelang rangkaian forum ASEAN+3 yang mempertemukan negara-negara Asia Tenggara bersama Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.
Pertemuan ini bukan yang pertama. Sebelumnya, keduanya telah bertatap muka di Washington D.C. dalam rangkaian pertemuan IMF-World Bank Spring Meetings. Momen di Milan menjadi kelanjutan dialog strategis, sekaligus penanda usia hubungan bilateral Indonesia dan Tiongkok yang telah memasuki dekade ketujuh setengah.
“Kami memang sempat bertemu di Washington D.C. untuk menghadiri rangkaian @the_imf – @worldbank Spring Meetings. Kami sepakat akan bertemu kembali di Milan untuk melanjutkan berbagai pembahasan, sekaligus memperingati hubungan diplomatik antara RRT dengan Indonesia ke-75 tahun,” ujar Sri Mulyani melalui akun Instagram resminya, Senin (5/5/2025).
Dalam pembicaraan tersebut, Sri Mulyani memaparkan proses diskusi panjang antara Indonesia dan Amerika Serikat terkait kebijakan tarif resiprokal. Isu ini menjadi salah satu tantangan dalam lanskap perdagangan global yang dinamis, di mana negosiasi menjadi arena adu argumen dan kepentingan.
“Saya menceritakan mengenai negosiasi dan tawaran kerja sama yang diberikan Indonesia dalam rangka merespons serta memahami arah penerapan kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat,” tuturnya.
Menkeu Lan Fo’an, yang juga menjabat sebagai Co-Chair ASEAN+3 tahun ini, memberikan penghargaan atas peran aktif Indonesia dalam mendukung berbagai inisiatif kawasan. Apresiasi tersebut menjadi simbol eratnya kolaborasi dua raksasa ekonomi Asia dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan regional.
“Menkeu Lan Fo’an juga mengapresiasi dukungan Indonesia terhadap berbagai inisiatif ASEAN+3 tahun ini, dimana Tiongkok bertanggung jawab sebagai Co-Chair,” sebut Sri Mulyani.
Sebagai bendahara negara, Sri Mulyani menyampaikan harapannya agar relasi antara Jakarta dan Beijing tak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Ia menginginkan sinergi yang tidak sekadar simbolis, melainkan juga produktif dalam menjajaki berbagai potensi kemitraan masa depan.