Di tengah sengatan sinar mentari siang, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menghadiri momen pelepasan peserta Program Pembinaan Karakter dan Bela Negara yang berlangsung di Markas Divisi Infanteri 1 Kostrad, kawasan Cilodong, Kota Depok, Senin (9/6/2025).
Sebanyak 90 peserta berdiri berbaris dengan rapi, seperti deretan anak panah yang siap dilepaskan ke arah masa depan yang lebih baik. Dedi pun berjalan menyusuri barisan tersebut, menyapa mereka satu per satu dengan senyum ramah.
Dengan balutan busana serba putih lengkap dengan ikat kepala khas Sunda, Dedi berbaur di tengah-tengah lapangan. Sesekali, ia berhenti untuk mengajak para peserta berbincang secara langsung, membuka ruang kejujuran di antara mereka.
Di salah satu momen, Dedi menghampiri seorang remaja perempuan yang berdiri di tengah barisan.
“Kamu kenapa di sini?” tanya Dedi, suaranya teduh namun penuh makna.
“Saya nakal, Pak. Minum kawa-kawa, dapat dari teman,” jawab remaja itu dengan suara lirih, seolah mengaku kesalahan di hadapan sosok ayah.
Mendengar pengakuan itu, Dedi hanya tersenyum bijak, kemudian dengan lembut menepuk bahu sang remaja.
“Yang penting sekarang kamu berubah, ya. Masa depan kamu masih panjang,” ujarnya, memberikan semangat bak lilin yang menerangi jalan gelap.
Momen kehangatan itu seketika mencairkan suasana yang semula kaku. Dedi melanjutkan langkahnya, terus membuka percakapan dengan peserta lain.
Di antara mereka, ada yang tanpa ragu mengisahkan kisah kelamnya: pernah membolos sekolah, terlibat dalam bentrokan antar pelajar, bahkan terjerumus dalam kecanduan permainan daring.
Dengan sabar, Dedi mendengarkan setiap pengakuan, sesekali menyelipkan candaan ringan yang mampu mengukir senyum di wajah para peserta.
“Kalau kamu bagaimana ceritanya?” tanya Dedi kepada seorang peserta lain.
“Saya merokok, Pak,” jawab pemuda itu saat Dedi menghampirinya.
“Sekarang masih merokok? Selama di sini merokok enggak?” tanya Dedi, kini dengan nada lebih serius, seperti seorang mentor yang ingin memastikan perubahan nyata.
“Siap, tidak, Pak,” jawab peserta tegas.
Dedi menganggukkan kepala dengan pelan, lalu memberikan pengingat bijak tentang bahaya rokok bagi anak muda. Ia menjelaskan bahwa tubuh yang sedang dalam masa pertumbuhan ibarat benih muda yang seharusnya disirami dengan hal positif, bukan diracuni oleh nikotin secara diam-diam.
Meski suhu siang hari cukup menyengat, Dedi tetap berkeliling hingga menyapa seluruh peserta. Ia menyampaikan rasa hormat atas semangat mereka dalam mengikuti program yang bertujuan membangun karakter generasi muda yang lebih baik.
“Saya ucapkan terima kasih ya, semoga kalian semua sehat, semangat makin dicintai oleh keluarganya dan jadi anak-anak hebat,” ucap Dedi.
Ia pun menambahkan refleksi pribadi atas tanggung jawab orangtua di masa kini.
“Sebenarnya ini bukan kewajiban saya, kewajiban orangtuanya, tapi orangtua sekarang tuh karakternya ya seperti itu,” kata Dedi setelah selesai menyapa seluruh peserta.
Dengan kehadiran Dedi, program pembinaan di barak militer itu menjadi tidak sekadar ajang pelatihan disiplin, tetapi juga momentum rekonsiliasi diri bagi para remaja yang tengah menata ulang arah hidup mereka.