Gelombang kritik internasional mengalir deras ke arah Israel setelah negara itu disebut menghentikan secara paksa kapal pembawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza. Kapal yang tergabung dalam misi Freedom Flotilla, bernama Madleen, dicegat ketika tengah berlayar membawa sejumlah aktivis dan pasokan bantuan menuju wilayah yang saat ini tengah mengalami krisis kemanusiaan akut.
Tindakan tersebut diumumkan secara terbuka oleh otoritas Israel melalui akun resmi Kementerian Luar Negeri mereka di platform X. Dalam unggahannya, Israel mengklaim bahwa kapal Madleen telah “mencapai pantai Israel dengan selamat”, seolah menepis narasi bahwa kapal itu sempat diserang. Mereka juga menyebutkan bahwa para awak, termasuk aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg, kemungkinan akan segera dipulangkan ke negara masing-masing.
Dalam pernyataan tersebut, pihak Israel menyebut, “Saat Greta dan koleganya berusaha melakukan provokasi media yang tujuannya semata-mata mencari ketenaran dan hanya membawa kurang dari satu truk bantuan, lebih dari 1.200 truk bantuan telah memasuki Gaza dari Israel dalam dua pekan terakhir.”
Israel juga menambahkan bahwa, “Bantuan berjumlah kecil yang diangkut oleh kapal pesiar dan belum digunakan oleh para ‘selebriti’ itu akan ditransfer ke Gaza melalui jalur kemanusiaan yang sesungguhnya.”
Namun narasi berbeda datang dari pihak Koalisi Freedom Flotilla. Kelompok ini menyampaikan melalui kanal Telegram mereka bahwa insiden yang terjadi di laut tersebut merupakan sebuah tindakan penyerangan yang dilakukan di wilayah perairan internasional — sebuah ruang yang secara hukum internasional tak berada dalam kedaulatan negara mana pun. Mereka menggambarkan kapal Madleen seperti diserang oleh kawanan burung logam tak berawak, yakni drone jenis quadcopter, yang menyemburkan zat putih menyengat ke arah kapal sebelum tentara Israel naik dan mengambil alih.
“Quadcopter mengelilingi kapal, menyemprotkan zat iritasi berwarna putih,” tulis Koalisi Freedom Flotilla di Telegram.
“Komunikasi terputus, dan suara-suara yang mengganggu terdengar di radio komunikasi.”
Mereka menambahkan bahwa serbuan tersebut dilanjutkan dengan tentara Israel yang merangsek masuk ke kapal. Dalam narasi mereka, tindakan ini tak ubahnya seperti pembajakan karena dilakukan di wilayah netral.
Kecaman dari Pemerintah Indonesia
Tindakan Israel yang dianggap telah menyalahi batas-batas hukum internasional itu memicu respons tajam dari berbagai pemimpin dunia, termasuk Indonesia. Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, menyampaikan kecaman keras atas insiden ini.
“Saya mengecam keras intersepsi kapal Madleen oleh Israel di perairan internasional saat mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Tindakan yang sekali lagi menunjukkan ketidakpedulian Israel terhadap hukum internasional dan menjadi pukulan berat bagi penderitaan rakyat Gaza,” tegas Sugiono dalam akun X resminya.
Ia menilai kebijakan Israel yang menutup jalur distribusi — baik melalui darat maupun laut — sebagai hukuman massal terhadap seluruh warga sipil di Gaza, yang saat ini tengah berada dalam kondisi sangat rentan terhadap bencana kelaparan.
“Blokade Israel di darat dan laut adalah bentuk hukuman kolektif yang memperburuk risiko kelaparan massal. Sesuai hukum internasional dan perintah ICJ, Israel wajib memastikan bantuan kemanusiaan tersalur secara berkelanjutan dan tanpa hambatan, serta menjamin keselamatan pekerja kemanusiaan,” lanjutnya.
Ia juga menegaskan pentingnya membuka semua jalur distribusi bantuan, tanpa mengesampingkan peran krusial jalur darat.
“Upaya internasional untuk membuka koridor maritim patut diapresiasi, namun kiranya tidak mengalihkan fokus dari akses bantuan melalui jalur darat yang tetap menjadi kebutuhan paling mendesak,” ucapnya.
Sugiono mengungkapkan bahwa Indonesia akan membawa isu ini kembali ke panggung diplomasi internasional, khususnya pada KTT Palestina di New York bulan ini.
“Di berbagai forum, saya selalu serukan bahwa pembukaan semua jalur bantuan ke Gaza adalah keharusan. Di KTT Palestina mendatang di NY, saya menyerukan komunitas internasional, khususnya DK PBB, bertindak tegas: lindungi warga sipil dan adopsi resolusi untuk akhiri blokade dan jamin akses kemanusiaan,” ujarnya menutup pernyataan.
Prancis Tak Tinggal Diam
Di belahan Eropa, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga angkat bicara dan menyampaikan kecaman serupa. Ia menyebut langkah Israel sebagai tindakan yang mencoreng nilai-nilai kemanusiaan.
Macron mendesak agar jalur-jalur bantuan kembali dibuka lebar dan menyebutkan bahwa enam warga negaranya termasuk di antara para aktivis di atas kapal Madleen. Dalam pernyataan resmi dari Istana Élysée yang dikutip AFP, dikatakan bahwa, “Macron telah meminta agar keenam warga negara Prancis diizinkan kembali ke Prancis sesegera mungkin.”