Macron Serukan Gencatan Senjata di Tengah Memuncaknya Konflik Israel-Iran

Sahrul

Di tengah konflik bersenjata yang kian menggelegak di Timur Tengah, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan kepada para pihak yang bertikai agar segera menghentikan aksi kekerasan yang menyasar warga sipil. Ia juga mengingatkan komunitas internasional agar tidak mengambil jalur berbahaya berupa upaya mengganti rezim di Iran, yang menurutnya justru bisa menjadi bumerang.

Berbicara di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada, Macron menegaskan pentingnya menghentikan serangan dari dan ke arah kawasan pemukiman warga. Dalam pandangannya, konflik yang dibiarkan merajalela tanpa arah jelas akan menyeret kawasan ke jurang kekacauan yang tak berujung.

“Jika Amerika Serikat dapat mencapai gencatan senjata, itu adalah hal yang sangat baik,” kata Macron kepada wartawan pada KTT G7 di Kanada dilansir kantor berita AFP, Selasa (17/6/2025).

Pemimpin Prancis tersebut secara tegas menyampaikan bahwa baik Israel maupun Iran harus menahan diri dari menyerang populasi sipil. Ia juga memperingatkan bahwa keinginan untuk menggulingkan pemerintahan di Teheran melalui kekuatan militer bisa berakhir sebagai kesalahan besar.

“Semua orang yang berpikir bahwa dengan mengebom dari luar, Anda dapat menyelamatkan sebuah negara terlepas dari negara itu sendiri, selalu salah,” ujarnya.

Konflik yang Berkembang Menjadi Aksi Balas-Membalas

Situasi di lapangan tak menunjukkan tanda-tanda mereda. Pada Jumat (13/6/2025), Israel dilaporkan telah melancarkan serangan langsung ke jantung ibu kota Iran, Teheran. Serangan ini menyasar berbagai fasilitas strategis termasuk pusat militer dan nuklir yang dianggap sebagai tulang punggung kekuatan pertahanan Iran.

Merespons agresi tersebut, otoritas Iran tak tinggal diam. Pada malam harinya hingga keesokan paginya, mereka membalas dengan menghujani wilayah Israel menggunakan gelombang serangan drone dan rudal. Tindakan ini menunjukkan bahwa kedua negara kini berada dalam lingkaran pertempuran timbal balik yang terus meningkat.

Puncaknya terjadi Sabtu (14/6) dini hari, ketika Israel kembali melancarkan gempuran udara yang kali ini menargetkan sistem pertahanan udara Iran serta fasilitas peluncuran rudal. Serangan ini disebut bertujuan melumpuhkan kemampuan balasan militer Iran agar tak lagi mengancam wilayah Israel.

Di tengah kekacauan, Iran mengirimkan pesan diplomatik kepada mediator dari Qatar dan Oman pada Senin (16/6). Mereka menyatakan tidak bersedia menggelar perundingan gencatan senjata selama serangan dari Israel masih berlangsung.

Netanyahu Beberkan ‘Solusi Terakhir’: Targetkan Pemimpin Iran

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengambil sikap yang lebih konfrontatif. Dalam sebuah wawancara, ia mengungkap pandangannya mengenai bagaimana konflik bisa dihentikan secara total. Bagi Netanyahu, satu-satunya jalan adalah menyingkirkan tokoh sentral dari Iran itu sendiri.

“Ini tidak akan meningkatkan konflik, ini akan mengakhiri konflik,” kata Netanyahu dilansir AFP, Selasa (17/6/2025).

Pernyataan ini muncul saat ia ditanya tentang laporan yang menyebutkan bahwa Presiden AS saat itu, Donald Trump, pernah memveto rencana Israel untuk membunuh Ayatollah Ali Khamenei. Trump dikabarkan khawatir langkah tersebut akan memicu perluasan konflik di seluruh kawasan.

Netanyahu berdalih bahwa tindakan Iran selama ini telah membawa dunia ke tepi jurang perang nuklir. Ia mengklaim serangan yang dilakukan pihaknya adalah upaya untuk menahan Iran agar tidak melangkah lebih jauh ke arah kehancuran global.

“Perang selamanya adalah apa yang diinginkan Iran, dan mereka membawa kita ke ambang perang nuklir,” kata Netanyahu.

Jalan Menuju Perdamaian Masih Kabur

Dengan berbagai pihak yang saling bersikeras pada posisi masing-masing — Israel dengan pendekatan ofensifnya dan Iran dengan sikap defensif-agresif — jalan menuju gencatan senjata tampaknya masih terjal. Upaya diplomatik dari negara-negara seperti Prancis, Qatar, dan Oman menjadi setitik cahaya di ujung terowongan kelam konflik ini.

Namun, selama kedua belah pihak terus terlibat dalam aksi militer balasan dan tidak ada itikad untuk menurunkan tensi, maka ketegangan geopolitik di Timur Tengah bisa semakin mengancam stabilitas kawasan — bahkan dunia. Gencatan senjata bukan sekadar formalitas, tetapi menjadi satu-satunya kunci untuk menghentikan spiral kekerasan yang bisa berubah menjadi perang besar antarnegara.

Also Read

Tags

Leave a Comment