Harga Ayam dan Telur Merosot Jauh dari Standar Pemerintah

Sahrul

Pasar pangan nasional kembali diguncang oleh penurunan harga dua komoditas utama protein hewani: daging ayam dan telur. Kedua bahan pangan yang biasa menjadi andalan di meja makan masyarakat ini tengah mengalami kemerosotan harga yang cukup signifikan, bahkan melampaui ambang kewaspadaan berdasarkan Harga Acuan Penjualan (HAP) yang ditetapkan pemerintah.

Harga daging ayam di tingkat konsumen, berdasarkan data dari Panel Harga Pangan per Rabu (18/6/2025), rata-rata secara nasional tercatat sebesar Rp 34.630 per kilogram. Angka ini terbilang jauh dari HAP yang ditetapkan dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 6 Tahun 2024, yakni Rp 40.000/kg. Jika suatu harga mengalami penurunan lebih dari 10% hingga 20% dari HAP, maka menurut kebijakan, komoditas tersebut telah memasuki zona merah dan memerlukan intervensi.

Bahkan di beberapa daerah, harga daging ayam jatuh lebih dalam, menyentuh titik yang sangat memprihatinkan. Sejumlah wilayah seperti Gorontalo, Sulawesi Selatan, Aceh, dan Yogyakarta mengalami penurunan harga yang drastis. Di Gorontalo, harga daging ayam hanya Rp 25.859/kg, atau turun sekitar 35,35% dari HAP. Hal serupa terjadi di Sulsel dengan harga Rp 27.303/kg (turun 31,74%), dan Aceh dengan Rp 29.140/kg (turun 27,15%).

Penurunan harga tak hanya terjadi di Indonesia timur. Wilayah Pulau Jawa pun ikut terdampak. Di Yogyakarta, harga berada di Rp 29.583/kg atau 26,04% di bawah HAP, sementara Sulawesi Barat mencatat harga Rp 29.627/kg. Beberapa provinsi lainnya seperti Jawa Barat (Rp 34.176/kg), Banten (Rp 34.333/kg), dan Lampung (Rp 34.533/kg) juga menunjukkan penurunan dengan jarak lebih dari 13% dari harga acuan.

Di ibu kota negara, Jakarta, harga daging ayam berada pada angka Rp 38.111/kg, masih berada di bawah HAP meski penurunannya hanya sekitar 4,72%.

Sementara itu, telur ayam pun tak luput dari tekanan harga. Harga rata-rata telur ayam secara nasional berada di Rp 29.180/kg, atau 2,73% lebih rendah dari HAP yang ditetapkan di angka Rp 30.000/kg. Sejumlah daerah mengalami penurunan yang lebih tajam. Jawa Timur, misalnya, mencatat harga Rp 26.607/kg, atau terpaut 11,31% dari HAP. Aceh bahkan menyentuh Rp 25.712/kg, yang berarti 14,29% di bawah HAP, sementara Sulawesi Selatan ada di Rp 25.944/kg (13,51% di bawah HAP).

Beberapa wilayah lain seperti Lampung, Riau, Sulawesi, dan Jakarta masih mencatat harga telur dalam rentang relatif aman, yakni Rp 27.783/kg hingga Rp 29.000/kg, meskipun semuanya tetap berada di bawah HAP dengan penurunan 2% hingga 7%.

Di sisi lain, Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) milik Kementerian Perdagangan juga memperkuat tren tersebut. Berdasarkan data per Selasa (17/6), harga rata-rata nasional untuk daging ayam menurut SP2KP berada di Rp 36.700/kg, yakni sekitar 10% di bawah HAP. Namun, menariknya, data SP2KP justru menunjukkan bahwa harga telur ayam sedikit lebih tinggi dari acuan, yaitu Rp 31.100/kg, meski data ini masih bersifat tentatif.

Sementara itu, catatan dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) milik Bank Indonesia, mencatat bahwa per hari ini harga rata-rata nasional daging ayam adalah Rp 34.400/kg dan telur ayam Rp 29.750/kg. Angka tersebut memperkuat kesan bahwa pasar tengah berada dalam kondisi oversupply atau kelebihan pasokan, sehingga harga pun jatuh bebas.

Turunnya harga kedua komoditas utama ini menjadi pedang bermata dua. Bagi sebagian konsumen, tentu hal ini menggembirakan karena mereka bisa membeli protein hewani dengan harga lebih terjangkau. Namun bagi para peternak, kondisi ini ibarat mimpi buruk di siang bolong. Biaya produksi yang tak menurun, ditambah harga jual yang jauh dari ideal, menempatkan mereka pada posisi sulit, bahkan bisa menimbulkan kerugian yang signifikan.

Penurunan harga secara signifikan ini menjadi sinyal bahwa pemerintah perlu melakukan evaluasi terhadap rantai distribusi, kebijakan tata niaga, serta regulasi cadangan pangan nasional. Bila tidak segera diambil langkah konkret, bukan tidak mungkin krisis ini akan berdampak lebih luas, termasuk mengancam keberlanjutan usaha peternakan rakyat yang menjadi tulang punggung pangan nasional.

Also Read

Tags

Leave a Comment