Proses penjaringan calon ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) resmi berakhir pada 23 Juni 2025. Nama Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, yang sebelumnya ramai diperbincangkan bakal masuk arena, ternyata tidak ikut serta dalam kontestasi tersebut. Dengan tidak adanya pendaftaran dari Jokowi, dipastikan namanya tak masuk dalam jajaran kandidat ketua umum PSI.
Tahapan pendaftaran caketum PSI yang dibuka sejak 13 Mei hingga 23 Juni itu menarik atensi publik, terutama lantaran adanya kabar bahwa Jokowi bakal terjun langsung ke partai berlambang mawar merah ini. Namun, hingga detik terakhir masa pendaftaran, mantan Wali Kota Solo itu tidak menunjukkan gelagat akan meramaikan bursa. Salah satu putra Jokowi, Kaesang Pangarep, justru kembali maju untuk merebut kursi tertinggi di partainya.
Kaesang mengungkapkan bahwa dirinya telah menjalin komunikasi intens dengan sang ayah selama satu minggu terakhir. Ia menepis kemungkinan adanya persaingan antaranggota keluarga di dalam satu gelanggang politik yang sama.
“Saya sudah berkomunikasi dengan beliau, saya sudah 1 minggu ini di Solo dan baru saja tadi mendarat pukul 03.00 tadi. Mengenai beliau akan menjadi Ketum atau tidak, itu sudah kami obrolkan di seminggu terakhir ini, dan nggak mungkin juga, anak sama bapak saling berkompetisi,” kata Kaesang setelah mendaftarkan diri sebagai Caketum PSI di DPP PSI, Jakarta Pusat, Sabtu (21/6/2025).
Kaesang juga menyampaikan pandangannya soal peran generasi muda dalam memimpin. Ia meminta agar generasi senior memberi ruang kepada anak-anak muda untuk memegang kendali perubahan.
“Yang saya yakinkan kepada beliau adalah satu, berilah kesempatan kepada anak muda. Anak muda itu bukan pemimpin masa depan, anak muda itu pemimpin masa kini,” ujarnya.
Jokowi Dinilai Punya Kharisma Setara Partai Politik
Meski tidak mendaftar sebagai caketum, Jokowi tetap menjadi sorotan. Immanuel Ebenezer, atau yang akrab disapa Noel dari relawan Jokowi Mania, bahkan menyebut mantan presiden itu layaknya partai politik yang berjalan kaki sendiri.
“Ya, Pak Jokowi mau jadi ketua dirinya sendiri kali. Jokowi kan kayak partai yang berjalan. Pak Jokowi kan ketua umum partai yang berjalan, namanya,” kata Noel kepada wartawan, Minggu (22/6/2025).
Noel menambahkan bahwa pesona politik Jokowi tak bisa diabaikan. Bahkan ketika tak melakukan apa pun, sosoknya tetap menjadi bahan perbincangan.
“Jokowi kan magnet politik tersendiri, dia. Orang nggak ngapa-ngapain aja dihajar-hajar terus, orang nggak ngerti. Suruh lengser udah lengser, dihajar. Nggak ngapa-ngapain, dihajar. Berarti Jokowi itu punya magnet tersendiri secara politik. Artinya, Pak Jokowi itu entitas tersendiri gitu,” katanya.
Tiga Figur Mendaftar Sebagai Caketum PSI
Dengan absennya Jokowi, pertarungan internal PSI kini mengerucut pada tiga tokoh: Kaesang Pangarep, Bro Ron, dan Agus Mulyono Herlambang. Ketiganya telah mendaftarkan diri secara resmi dan membawa misi masing-masing.
1. Kaesang Pangarep: Siap Lanjutkan Perjuangan
Kaesang kembali mengajukan diri sebagai calon ketua umum. Dalam pernyataannya, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada perwakilan DPW dan DPD PSI atas dukungan yang solid. Ia menargetkan PSI bisa menembus parlemen nasional di pemilu 2029.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada perwakilan DPW yang hadir hari ini untuk mendukung saya maju sebagai calon ketua umum. Terutama juga ini buat teman-teman semua kader PSI yang mendukung saya, ketua DPD juga yang sudah hadir di sini,” ujar Kaesang.
“Insyaallah untuk teman-teman yang sudah setia dukung saya, PSI di 2029 insyaallah kita masuk Senayan, kita perbanyak lagi kepala daerah dari kader PSI. Yang pasti kita juga harus bersiap menunggu tokoh besar yang akan bergabung ke PSI. Terima kasih semuanya,” tambahnya.
“Saya pengen nangis terharu, tapi perjuangan kita belum selesai,” imbuhnya.
2. Bro Ron: Siap Hadapi Tantangan, Didukung Puluhan Wilayah
Ronald A. Sinaga, atau Bro Ron, menjadi salah satu tokoh internal PSI yang ikut mendaftar. Ia menyebut keputusannya maju didorong oleh kader serta masukan dari Kaesang sendiri saat mereka bertemu di Jawa Barat.
“Yang mendorong saya maju ini justru netizen dan para kader. Bahkan Mas Kaesang sendiri, waktu ngobrol santai di Jawa Barat, sempat bilang, ‘Berani nggak maju?” ujar Bro Ron.
Bro Ron mengklaim telah mengantongi dukungan dari 6 DPW dan 35 DPD PSI yang tersebar di berbagai provinsi, mulai dari Jawa Barat hingga Kepulauan Riau. Ia menyatakan tekadnya untuk membawa PSI masuk ke Senayan dalam tiga setengah tahun ke depan.
3. Agus Mulyono Herlambang: Datang Terakhir, Bukan Sekadar Figuran
Mantan Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Agus Mulyono Herlambang, menjadi pendaftar terakhir dalam bursa caketum PSI. Ia memilih hari terakhir karena ingin memastikan terlebih dahulu apakah Jokowi akan maju atau tidak.
“Pertama, terus terang kenapa saya memilih mendaftar di hari terakhir. Karena biasanya jagoan datang belakangan. Datang belakangan, ibarat film India, Shah Rukh Khannya baru datang. Yang kemarin, yang hari Sabtu, yang hari sebelumnya, itu pemeran-pemeran figuran,” kata Agus.
Agus juga menyebut langkahnya bukan karena ambisi pribadi, melainkan amanah dari para kader di daerah.
“Terus terang saya tidak punya dorongan pribadi untuk menjadi ketua umum. Tetapi, DPW-DPW, DPD-DPD yang memberikan amanah dan mandat kepada saya, itu yang harus saya tuntaskan. Karena ini bukan keinginan pribadi, ini adalah dorongan dari kader-kader PSI,” ujarnya.
Agus pun mengibaratkan Jokowi sebagai kiai atau guru besar yang ia hormati, dan karena itu ia menunggu hingga akhir untuk memastikan tidak bersaing dengan “gurunya”.
“Kenapa saya memilih hari terakhir? Alasan kedua saya, sesungguhnya saya, karena background saya santri, saya menganggap Pak Jokowi adalah guru saya, kiai saya, yang kalau kemudian beliau mendaftar, saya sebagai santri, kualat kalau saya mendaftarkan diri menjadi, melawan guru,” ucapnya.
Kesimpulan:
Absennya nama Jokowi dalam bursa caketum PSI memunculkan peta pertarungan baru di tubuh partai muda tersebut. Dengan tiga sosok yang tampil membawa visi, harapan akan wajah baru PSI pun mengemuka. Di balik langkah mundur Jokowi, tampaknya ada sinyal kuat bahwa estafet politik mulai bergeser dari tangan generasi senior ke pundak anak muda yang siap membawa perubahan.