Langkah ekspansi besar kembali ditempuh oleh PT Petrosea Tbk (PTRO), perusahaan pertambangan yang berada di bawah kendali konglomerat ternama Indonesia, Prajogo Pangestu. Emiten ini resmi menjalin kerja sama strategis dengan PT Barasentosa Lestari (BSL), anak perusahaan dari raksasa bisnis Grup Sinar Mas, melalui penandatanganan kontrak jasa pertambangan dengan nilai fantastis—Rp 3,5 triliun.
BSL, yang berada di bawah naungan Golden Energy and Resources, mengelola wilayah tambang dengan luas lebih dari 23.000 hektare, lengkap dengan cadangan batu bara yang ditaksir mencapai hampir 190 juta ton. Golden Energy sebelumnya tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Singapura, namun menarik seluruh sahamnya dari bursa tersebut pada tahun 2023.
Sejak 2018, perusahaan ini resmi memiliki BSL setelah mengakuisisinya dari GMR Energy dan GMR Infrastructure dalam kesepakatan senilai 65 juta dolar AS, atau setara dengan Rp 1,05 triliun berdasarkan nilai tukar saat itu.
Dari sisi kepemilikan, Forbes mencatat bahwa BSL dikuasai oleh keluarga Widjaja, dinasti bisnis di balik kerajaan Sinar Mas Group, yang memiliki portofolio usaha mulai dari properti dan keuangan hingga agribisnis dan energi.
Kerja sama antara Petrosea dan BSL ini mencakup penyediaan layanan tambang terbuka, khususnya untuk aktivitas pengupasan dan pemindahan lapisan tanah penutup (overburden removal). Proyek ini dijadwalkan berjalan selama lima tahun, dan akan difokuskan di Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan.
“Perolehan kontrak ini merupakan bagian dari implementasi strategi jangka panjang Petrosea untuk meningkatkan penciptaan nilai melalui ekspansi bisnis dan pengembangan usaha ke wilayah Sumatera Selatan,”
ujar Direktur Pertambangan Petrosea, Iman Darus Hikhman, dalam siaran resminya pada Kamis (17/7/2025).
Iman turut menambahkan bahwa Petrosea bukan sekadar kontraktor tambang biasa. Perusahaan menawarkan layanan terintegrasi dalam dunia pertambangan batu bara dan mineral—dari aktivitas tambang terbuka (open pit contract mining), pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung, hingga pengelolaan proyek secara menyeluruh.
Petrosea juga menyediakan jasa konsultasi studi kelayakan, perencanaan strategis tambang, serta solusi peningkatan produktivitas. Semua itu didukung oleh keunggulan digital lewat platform internal mereka, yakni Minerva Digital Platform, yang memungkinkan pengawasan efisiensi dan kinerja secara cerdas dan tepat sasaran.
Salah satu fitur unggulan Petrosea adalah Remote Operations Center yang berada di kantor pusat mereka. Teknologi ini memungkinkan pemantauan aktivitas tambang secara real-time—ibarat menonton langsung denyut nadi tambang dari ruang kontrol di pusat kota.
Sebelum kerja sama dengan BSL ini, Petrosea juga telah membukukan kesepakatan jumbo lainnya. Pada bulan April 2025, perusahaan tersebut berhasil mengamankan kontrak senilai Rp 16 triliun atau sekitar 954 juta dolar AS dari unit bisnis milik Vale Brasil yang beroperasi di Indonesia.
Prajogo Pangestu sendiri dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Asia Tenggara, dengan kekayaan pribadi sebesar 31,2 miliar dolar AS atau setara Rp 506 triliun. Ia merupakan pemegang saham utama di Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) dan pengendali saham terbesar di Petrosea. Ia juga menguasai Barito Renewables Energy (BREN), perusahaan energi hijau yang melantai di Bursa Efek Indonesia sejak tahun lalu.
Di sisi lain, keluarga Widjaja—yang menjadi mitra bisnis Petrosea dalam proyek tambang ini—memiliki kekayaan yang tak kalah mencolok, yakni sekitar 18,9 miliar dolar AS atau kurang lebih Rp 306 triliun. Di bawah bendera Sinar Mas, mereka mengelola kerajaan bisnis yang luas, mulai dari sektor telekomunikasi, pulp dan kertas, perbankan, hingga energi dan pertambangan.
Kolaborasi antara dua kelompok usaha besar ini—Petrosea milik Prajogo Pangestu dan BSL dari keluarga Widjaja—dapat diibaratkan sebagai pertemuan dua raksasa industri yang saling menguatkan dalam kancah pertambangan nasional. Ke depan, proyek ini diyakini akan memperkuat dominasi Petrosea di Sumatera Selatan sekaligus menciptakan nilai ekonomi baru dalam industri batu bara Indonesia.