Presiden Prabowo Subianto menorehkan sejarah baru pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang Kepala Negara secara langsung membacakan teks proklamasi pada upacara detik-detik proklamasi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (18/8/2025).
Tradisi ini menjadi pembeda yang memberi warna baru pada peringatan kemerdekaan tahun ini. Jika sebelumnya pembacaan teks proklamasi menjadi kewenangan lembaga tinggi negara lain, kali ini justru dilakukan langsung oleh Presiden yang juga bertindak sebagai inspektur upacara.
Dentuman Meriam dan Sirene Mengiringi
Momen sakral itu dimulai dengan tanda khas upacara kemerdekaan: sirene yang melengking panjang diikuti dengan 17 kali dentuman meriam hampa, simbol penghormatan bagi detik-detik proklamasi yang terjadi 80 tahun silam. Setelah itu, Presiden berdiri tegap di podium, lalu membacakan teks bersejarah yang dikirab terlebih dahulu dari Monumen Nasional (Monas) bersama bendera Merah Putih yang dikibarkan.
Atmosfer di halaman Istana Merdeka pun terasa berbeda, seakan-akan publik tengah menyaksikan babak baru dalam perjalanan tradisi kenegaraan.
Konfirmasi dari Petinggi Gerindra
Ketua Harian Partai Gerindra sekaligus Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, yang turut hadir, menegaskan bahwa ini merupakan kali pertama seorang presiden membacakan teks proklamasi pada upacara HUT RI.
“Kalau inspektur upacara memang biasa baca teks proklamasi, tapi ini baru pertama kali Presiden Prabowo membaca proklamasi di ulang tahun ke-80 kemerdekaan,” jelas Dasco usai upacara di Istana Merdeka, Minggu (17/8/2025).
Selain menyoroti momen pembacaan proklamasi, Dasco juga menyinggung busana adat yang dikenakan Presiden. Saat upacara pengibaran bendera, Prabowo terlihat mengenakan beskap Melayu berwarna kuning muda. Sementara pada sore harinya dalam upacara penurunan bendera, ia tampil dengan beskap biru dongker berpadu dengan tanjak khas Melayu.
“(Beskap) Melayu,” tutur Dasco singkat.
Tradisi Lama, Wajah Baru
Sesungguhnya, pembacaan teks proklamasi dalam upacara kenegaraan bukanlah hal yang asing. Sejak lama, setiap 17 Agustus selalu ada tokoh yang membacakannya. Hanya saja, peran tersebut biasanya dipercayakan kepada pimpinan lembaga tinggi negara seperti DPR, MPR, maupun DPD yang bergantian setiap tahun.
Contohnya pada 2024, ketika upacara digelar di Ibu Kota Nusantara (IKN), teks proklamasi dibacakan oleh Ketua DPR RI Puan Maharani. Setahun sebelumnya, giliran Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang membacakannya, sementara pada 2022, Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti dipercaya untuk melaksanakan tugas tersebut.
Kini, di tahun 2025, tongkat tradisi itu seakan berpindah tangan. Untuk pertama kalinya, Presiden sendiri yang menuturkan kata-kata bersejarah tersebut di hadapan rakyat.
Jejak Pembaca Proklamasi dari Masa ke Masa
Jika menengok ke belakang, daftar nama pembaca teks proklamasi mencerminkan rotasi pimpinan lembaga negara yang mendapat kehormatan. Mulai dari Amien Rais pada 2004, Hidayat Nur Wahid pada 2005, Agung Laksono di 2006 dan 2009, hingga sederet tokoh lain seperti Taufik Kiemas, Zulkifli Hasan, Setya Novanto, Irman Gusman, hingga Oesman Sapta Odang.
Tradisi ini terus berjalan tanpa jeda hingga akhirnya pada 2025, sejarah mencatat nama baru yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya: Presiden Prabowo Subianto.
Makna Simbolis
Keputusan Prabowo untuk membaca teks proklamasi bisa dipandang sebagai simbol keterhubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan bangsa. Jika proklamasi pada 1945 merupakan pintu kemerdekaan, maka pembacaan langsung oleh Presiden di HUT RI ke-80 ini bagaikan penegasan ulang tekad negara untuk menjaga nilai-nilai kemerdekaan.
Sejarah pun mencatat, di halaman Istana Merdeka tahun 2025, bukan hanya sirene dan dentuman meriam yang bergema, tetapi juga suara seorang Presiden yang untuk pertama kalinya membacakan teks proklamasi—sebuah babak baru dalam tradisi peringatan kemerdekaan Indonesia.