Ketika orang berbicara soal smartphone Android, biasanya yang langsung terlintas adalah nama-nama besar seperti Samsung, Oppo, atau Xiaomi. Namun, di masa lalu, peta persaingan ponsel pintar juga diwarnai oleh merek-merek lain seperti LG, HTC, hingga Sony Xperia yang pernah menjadi sorotan utama.
Seiring berjalannya waktu, sejumlah pemain lama mulai meninggalkan gelanggang. LG resmi menghentikan produksi ponselnya, sementara HTC nyaris tak terdengar lagi gaungnya. Sedangkan Sony, ibarat api kecil yang tak kunjung padam, tetap mencoba bertahan meski popularitasnya terus meredup. Sejak berpisah dari Ericsson, nasib Xperia justru semakin sulit menembus dominasi pasar.
Pada titik tertentu, bisnis smartphone Sony bahkan seperti berada di tepi jurang. Kondisi semakin berat ketika sebagian produksi Xperia dialihkan ke pihak ketiga. Walau demikian, perusahaan asal Jepang itu rupanya belum berniat menutup lembaran kisah Xperia.
Dalam laporan keuangan terbaru di Jepang, Chief Financial Officer (CFO) Sony, Lin Tao, menegaskan posisi bisnis ponsel masih punya arti strategis. Ia mengatakan bahwa smartphone adalah “bisnis yang sangat penting bagi kami” dan menekankan bahwa perusahaan tidak akan meninggalkan lini tersebut begitu saja.
Mengutip Android Central, Tao juga menambahkan bahwa teknologi komunikasi merupakan bidang yang sejak lama dikembangkan Sony. Karena itu, Sony tetap menaruh nilai lebih pada bisnis smartphone yang menjadi bagian dari warisan inovasinya.
Pernyataan itu hadir di tengah badai persoalan. Belum lama ini, Sony terpaksa menarik kembali unit Xperia 1 VII dari pasar Jepang akibat ditemukan bug. “Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang besar bagi pengguna kami,” ucap Tao, sembari menegaskan bahwa fokus Sony terhadap dunia smartphone tidak akan luntur.
Menanggapi masalah tersebut, Sony mulai mengganti perangkat Xperia 1 VII yang terdampak agar pelanggan tetap mendapatkan layanan yang layak. Namun, meski langkah perbaikan dilakukan, realita di lapangan masih pahit: penjualan Xperia jauh tertinggal, bahkan di negeri asalnya sendiri, di mana justru ponsel Google Pixel makin banyak diminati konsumen.
Sony memang masih berusaha menghadirkan ciri khas yang membedakan produk mereka. Fitur seperti slot kartu microSD dan jack audio 3,5 mm tetap dipertahankan di lini premium, sesuatu yang mulai ditinggalkan para pesaing. Sayangnya, banderol harga yang tinggi menjadi rintangan besar yang membuat calon pembeli berpikir dua kali.
Walaupun Xperia masih beredar di beberapa wilayah global, seperti Eropa, jejaknya semakin jarang terlihat. Di Indonesia, Sony sudah lama angkat kaki dari persaingan smartphone, meninggalkan kenangan bagi sebagian pengguna yang dulu sempat mengandalkan ponsel berlogo Xperia.
Kini, perjalanan Sony Xperia bisa diibaratkan seperti pelari maraton yang tersengal-sengal namun tetap menolak berhenti. Meski langkahnya tidak lagi secepat dulu, Sony berusaha menjaga agar bendera Xperia tidak benar-benar hilang dari peta industri ponsel pintar.