Radiasi Cs-137 Ditemukan di 10 Titik, 9 Orang Dilaporkan Terpapar

Sahrul

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengumumkan temuan yang menggegerkan: jejak radiasi Cesium-137 (Cs-137) terdeteksi pada komoditas ekspor asal Indonesia, berupa udang beku dan cengkih. Produk tersebut diketahui berasal dari dua perusahaan, yakni PT Bahari Makmur Sejati (BMS) dan PT Natural Java Spice (Natural Java).

Dampak dari temuan ini cukup signifikan. FDA bersama otoritas kepabeanan Amerika Serikat memutuskan untuk melarang masuk seluruh produk udang beku serta rempah-rempah dari dua perusahaan tersebut. Walaupun tidak ditemukan indikasi produk yang benar-benar tercemar Cs-137, pihak regulator tetap mengeluarkan instruksi penarikan dari pasar ritel dan menghentikan konsumsi udang impor asal perusahaan terkait.

Kawasan Industri Jadi Titik Awal Radiasi

Pemerintah Indonesia segera turun tangan. Kasus kontaminasi ini membuat Kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten, resmi ditetapkan sebagai Kejadian Khusus Cemaran Radiasi Cesium-137.

Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan bahwa seluruh aktivitas di area tersebut kini berada di bawah komando Satgas khusus.
“Ini sebagai langkah strategis untuk memastikan penanganan yang menyeluruh, terukur, dan aman bagi lingkungan serta kesehatan publik,” kata Hanif, Jumat (3/10/2025).

Ia menambahkan, sistem pemantauan radiasi diperketat. Sejak 1 Oktober, Radiation Portal Monitoring (RPM) dipasang di pintu keluar-masuk kawasan. Sementara dalam masa transisi, pemeriksaan manual menggunakan detektor milik Gegana Polri, BAPETEN, dan BRIN tetap diberlakukan.
“Setiap barang maupun individu yang keluar dari kawasan dipastikan bebas dari paparan Cesium-137. Jika terdeteksi adanya cemaran, proses dekontaminasi wajib dilakukan sebelum diizinkan keluar,” tegasnya.

Sumber Kontaminasi Terkuak

Hanif membeberkan asal mula paparan Cs-137. Ia mengungkapkan, kontaminasi bermula dari tumpukan slag peleburan logam yang mengandung material radioaktif.
“Kasus ini berawal dari ditemukannya sejumlah titik penimbunan material slag hasil peleburan yang mengandung zat radioaktif Cesium-137,” ujarnya.

Begitu ancaman serius itu disadari, KLH segera berkoordinasi dengan BAPETEN, BRIN, dan Brimob Polri untuk mengisolasi lokasi.
“Dan, mencegah kontak langsung dengan manusia. KBRN segera memasang garis pengaman di 8 titik teridentifikasi, dilanjutkan proses dekontaminasi oleh Tim Khusus Pelaksana,” lanjut Hanif.

Satgas gabungan juga melakukan penyisiran di titik lain guna memastikan tidak ada jejak radiasi yang luput dari perhatian. Dari hasil deteksi tambahan, 10 titik terbukti memancarkan Cs-137 dengan level berbeda. Dua di antaranya sudah berhasil dinetralisir, sementara material radioaktifnya dipindahkan ke gudang milik PT Peter Metal Technology Indonesia yang diketahui sebagai sumber lokal pencemaran.

“Aktivitas di gudang tersebut telah dihentikan sepenuhnya, sementara hasil dekontaminasi ditangani sesuai standar ketat BAPETEN dan BRIN. 8 titik lainnya akan didekontaminasi secara bertahap setelah inventarisasi detail dilakukan untuk memastikan parameter penanganan yang presisi dan efektif,” jelas Hanif.

Rantai Ekspor Terdampak

Dalam konferensi pers pada Selasa (30/9/2025), Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan atau Zulhas, ikut membeberkan jalur masuknya kontaminasi. Ia menyebut, bubuk besi bekas yang mengandung Cs-137 ditemukan dalam 14 kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok. Kontainer tersebut memuat udang beku yang diekspor ke AS.
“Datangnya dari Filipina. Diduga dari bubuk scrap itu. Jadi kita sudah re-ekspor. Kita sudah ekspor 14. Kemarin ada lagi 9. Saya sudah minta kepada Bea dan Cuka untuk segera dieskpor,” ungkap Zulhas.

Akibat insiden ini, citra komoditas laut dan rempah Indonesia di mata pasar internasional ikut tercoreng. Udang dan cengkih, yang selama ini menjadi salah satu “duta ekonomi” ekspor Tanah Air, kini justru diasosiasikan dengan ancaman radiasi berbahaya.

9 Orang Terpapar Radiasi

Lebih jauh, Zulhas menjelaskan pemerintah telah melakukan pemeriksaan terhadap ribuan pekerja serta warga sekitar kawasan industri. Dari total 1.562 orang yang dites, ditemukan 9 orang mengalami paparan Cs-137.
“Telah melakukan pemeriksaan terhadap 1.562 pekerja dan masyarakat. Tidak menimbulkan dampak serius. Hanya ada 9 orang tadi (terpapar radiasi) dan itu sudah ditangani oleh Kementerian Kesehatan dan sudah khusus dibawakan obat dari Singapura,” katanya.

Proses Pemulihan Butuh Waktu

Menteri Hanif menambahkan, upaya pemulihan lingkungan dan dekontaminasi tidak bisa selesai dalam waktu singkat. Ia memperkirakan butuh beberapa bulan hingga kawasan benar-benar aman kembali.
“Sekali lagi kami tegaskan, kondisi ini sudah terkendali dengan sangat presisi. Masyarakat tidak perlu panik, karena semua langkah penanganan dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti standar pengamanan yang ketat,” tegas Hanif.

“Kami memastikan seluruh proses berjalan sesuai standar keselamatan internasional, dengan kolaborasi lintas lembaga yang solid,” tambahnya.

Penutup

Kasus Cs-137 ini menjadi pengingat bahwa bahaya radiasi bukan hanya ancaman yang muncul di fasilitas nuklir atau reaktor besar, tetapi bisa menyelinap lewat jalur perdagangan global. Layaknya bayangan yang tak kasatmata, zat radioaktif bisa ikut bersembunyi dalam produk sehari-hari, sebelum akhirnya terdeteksi oleh radar pengawasan internasional.

Also Read

Tags