Pertamina Jadi Pemasok untuk Shell dan BP? Begini Rencana Strategisnya

Sahrul

Kabar menarik datang dari sektor hilir migas Tanah Air. PT Pertamina Patra Niaga, anak usaha Subholding Commercial & Trading Pertamina, mengungkap perkembangan terbaru mengenai rencana sejumlah badan usaha (BU) swasta penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berniat membeli base fuel atau BBM murni dari Pertamina. Langkah ini menjadi sinyal positif bahwa BBM produksi nasional kian diakui kualitas dan keandalannya oleh pemain swasta, bahkan dari merek global.

Rencana pembelian tersebut bertujuan menjaga stabilitas pasokan BBM di berbagai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta yang belakangan menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan stok. Dalam dunia bisnis energi yang kompetitif, sinergi antara perusahaan negara dan swasta semacam ini dapat diibaratkan seperti dua arus besar yang bersatu membentuk aliran energi yang lebih kuat dan stabil bagi konsumen.

Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, menyampaikan bahwa sejumlah SPBU seperti Vivo, APR, dan AKR telah menyepakati langkah lanjutan untuk pembahasan teknis pembelian base fuel dari Pertamina. Menariknya, APR sendiri merupakan perusahaan hasil kerja sama antara raksasa energi asal Inggris, BP, dengan PT AKR Corporindo Tbk.

“VIVO, APR, dan AKR sudah sepakat untuk menindaklanjuti pembicaraan lebih teknis dan tindak lanjut tahap selanjutnya,” kata Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun.

Menurut Roberth, pengiriman kargo base fuel dijadwalkan mulai dilakukan pada akhir Oktober 2025, apabila seluruh tahapan berjalan sesuai rencana. Kesepakatan ini dicapai setelah pertemuan antara pihak BU swasta dengan Pertamina, yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) pada Jumat (3/10).

Tahapan Teknis dan Prinsip Tata Kelola

Pertemuan lanjutan antara Pertamina dan BU swasta akan fokus pada dokumen kepatuhan terhadap prinsip Good Corporate Governance (GCG), termasuk pernyataan anti-monopoli, anti-suap, serta anti pencucian uang. Pendekatan ini menunjukkan keseriusan semua pihak untuk memastikan kolaborasi bisnis tetap berjalan di jalur transparansi dan integritas.

Dalam proses selanjutnya, perusahaan seperti Vivo dan BP juga akan menyampaikan kebutuhan komoditas serta membahas kesepakatan seputar spesifikasi produk, key terms, hingga general terms and conditions. Pertamina di sisi lain akan menyiapkan spesifikasi produk yang sesuai dengan kebutuhan para BU, serta memastikan ada kesepakatan bersama mengenai penggunaan joint surveyor untuk verifikasi kualitas dan volume.

“Apabila BU Swasta setuju, maka akan dilaksanakan proses pengadaan komoditi tersebut. Selanjutnya pemenang pengadaan akan disampaikan kepada BU Swasta dalam lingkup penyedia kargo, best price dan volume kargo,” ujar Roberth.

Sinergi dan Transparansi Jadi Kunci

Roberth menambahkan, pengiriman kargo yang direncanakan pada minggu ketiga Oktober akan melalui proses joint inspection atau pemeriksaan bersama. Proses ini dilakukan agar semua pihak memperoleh transparansi penuh atas kualitas produk dan ketepatan volume pengiriman.

“Perlu ditekankan dan disepakati bahwa proses ini berjalan dengan kesepakatan dari 3 BU Swasta tersebut. Karena pengiriman kargo dalam satu pengadaan yang sama tidak terpisah-pisah. Kembali Pertamina menyampaikan bahwa dengan semangat kolaborasi berdasarkan niat baik untuk memberikan pelayanan pada masyarakat ini untuk disikapi dengan bijak dan positif, sesuai arahan dari Pemerintah,” jelasnya.

Kerja sama antara Pertamina dan BU swasta ini mencerminkan semangat baru dalam sektor energi Indonesia—sebuah bentuk kemitraan yang menempatkan kepentingan masyarakat di atas kompetisi bisnis semata. Dalam konteks yang lebih luas, langkah ini bisa menjadi fondasi bagi peningkatan efisiensi distribusi energi nasional, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting di industri BBM regional.

Shell dan Exxon Masih Lakukan Evaluasi

Sementara itu, dua perusahaan besar lain, Shell dan Exxon, belum dapat melanjutkan pembicaraan lanjutan. Roberth menjelaskan bahwa Shell masih perlu berkoordinasi dengan kantor pusatnya terkait pemenuhan syarat compliance vendor, sedangkan Exxon masih menyiapkan rencana untuk periode berikutnya.

“Dan Exxon akan berdiskusi untuk kebutuhan November karena masih memiliki stok BBM,” katanya.

Langkah kolaboratif antara Pertamina dengan sejumlah BU swasta ini dapat menjadi tonggak baru bagi dunia migas nasional. Jika terealisasi dengan baik, kerja sama tersebut tidak hanya memperkuat ketahanan energi domestik, tetapi juga membuka jalan bagi potensi ekspor dan sinergi global yang lebih luas di masa depan — di mana BBM buatan Indonesia dapat bersaing dan diakui oleh raksasa migas dunia.

Also Read

Tags