Pertumbuhan konsumsi rumah tangga Indonesia pada kuartal III-2025 mengalami sedikit perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan bahwa kondisi ini bukanlah tanda penurunan daya beli masyarakat, melainkan bagian dari siklus musiman yang selalu berulang setiap tahun.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga — yang selama ini menjadi “jantung” penggerak ekonomi nasional — tetap menunjukkan performa positif dengan pertumbuhan 4,89 persen. Walau demikian, angka tersebut memang sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal II-2025 yang tumbuh 4,97 persen, serta kuartal III-2024 yang mencapai 4,91 persen.
“Konsumsi rumah tangga itu kan juga salah satunya dipengaruhi oleh siklus musiman, ya kan. Karena memang di kuartal ke-III ini, kalau event-event besarnya seperti libur keagamaan yang panjang, kan tidak sepanjang di kuartal ke-II,” kata Amalia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (5/11/2025).
Pelemahan Tipis, Tapi Fundamental Tetap Kuat
Amalia menegaskan bahwa perlambatan tersebut hanya bersifat temporer. Secara keseluruhan, konsumsi rumah tangga masih tetap kokoh menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Ia menggambarkan kondisi ini layaknya “ombak kecil dalam lautan besar ekonomi” — naik turun sesaat, tetapi arah geraknya tetap ke depan.
Komponen lain seperti investasi (PMTB) dan ekspor bahkan menunjukkan penguatan signifikan. Data BPS mencatat ekspor melonjak hingga 9,91 persen, didorong oleh komoditas andalan seperti lemak dan minyak nabati, besi dan baja, mesin listrik, serta kendaraan bermotor. Kenaikan jumlah wisatawan mancanegara juga memberi kontribusi besar pada ekspor jasa.
Sementara itu, investasi tumbuh positif, terutama dari subkomponen mesin dan perlengkapan yang meningkat 17 persen, serta kendaraan yang naik 6,24 persen.
“Kalau kita lihat, tetap masih solid, walaupun kalau dibandingkan dengan triwulan ke-II, kan sedikit melemah tipis. Tetapi yang masih cukup kuat adalah tumbuhnya ekspor di atas 9 persen, sama investasi masih tumbuh di atas 5 persen. Dan juga pengeluaran konsumsi pemerintah cukup solid,” ujar Amalia.
Efek Lebaran Jadi Pemicu Kenaikan Sementara di Kuartal II
Menurut Amalia, penurunan konsumsi di kuartal III tidak bisa diartikan sebagai melemahnya daya beli masyarakat. Hal ini disebabkan adanya faktor musiman, terutama perbedaan momen besar keagamaan yang biasanya mendorong lonjakan belanja masyarakat pada kuartal sebelumnya.
“Enggak (bisa diartikan pelemahan daya beli). Karena itu beda musim. Di kuartal ke-II, kan banyak libur, termasuk libur Lebaran, Idul Adha-Idul Fitri yang panjang itu kan membuat orang banyak spending dan juga banyak travelling,” jelasnya.
Artinya, masyarakat cenderung meningkatkan pengeluaran pada periode liburan panjang, sementara aktivitas konsumsi sedikit menurun setelahnya. Fenomena ini ibarat “tarikan napas ekonomi” yang menyesuaikan ritme setiap kuartal.
Konsumsi Masih Jadi Penopang Utama Ekonomi Nasional
Berdasarkan laporan BPS, konsumsi rumah tangga menyumbang 53,14 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III-2025. Angka tersebut menegaskan betapa vitalnya peran belanja masyarakat dalam menjaga roda perekonomian tetap berputar.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, menyebutkan bahwa tren positif ini menandakan daya beli masyarakat masih stabil, bahkan di tengah tekanan ekonomi global.
Kontribusi besar juga datang dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang menyumbang 29,09 persen terhadap total PDB nasional. Jika digabungkan, kedua komponen ini menyumbang lebih dari 82 persen dari keseluruhan PDB — atau dapat dikatakan sebagai “dua pilar utama” yang menopang bangunan ekonomi Indonesia.
Transportasi dan Pariwisata Dorong Aktivitas Konsumsi
Dari sisi aktivitas ekonomi, peningkatan konsumsi masyarakat terlihat paling jelas di sektor transportasi dan komunikasi yang tumbuh 6,41 persen. Peningkatan ini didorong oleh naiknya mobilitas penduduk, penjualan bahan bakar, serta jumlah penumpang di moda transportasi darat, laut, dan rel.
Selain itu, sektor restoran dan hotel juga mencatat pertumbuhan tinggi 6,32 persen, seiring meningkatnya perjalanan wisatawan nusantara sepanjang sembilan bulan pertama 2025.
Fenomena ini menjadi bukti bahwa meski masyarakat menahan sebagian pengeluaran di sektor tertentu, sektor jasa dan pariwisata justru menjadi oase pertumbuhan baru bagi ekonomi domestik.
Optimisme Menyongsong Kuartal IV-2025
Meski ada perlambatan di kuartal III, para ekonom optimistis konsumsi rumah tangga akan kembali meningkat pada akhir tahun. Biasanya, momen libur Natal dan Tahun Baru menjadi pemicu utama kenaikan belanja masyarakat.
Dengan ekspor dan investasi yang masih tumbuh kuat, serta inflasi yang terkendali, perekonomian nasional diyakini akan tetap stabil hingga akhir 2025.
Dalam konteks ini, pelemahan konsumsi di kuartal III bisa diibaratkan seperti awan mendung di tengah langit ekonomi yang cerah — datang sesaat, lalu berlalu, sebelum sinar pertumbuhan kembali memancar di kuartal berikutnya.






