Shutdown Pemerintah AS Picu Kekacauan Ekonomi Lebih Dalam dari Prediksi Awal

Sahrul

Kebuntuan politik di Amerika Serikat yang berujung pada penutupan sebagian besar layanan pemerintahan kini mulai menampakkan luka mendalam pada perekonomian nasional. Bukan sekadar hambatan administratif, efek dari shutdown ini kian menyerupai badai yang menghantam berbagai sektor vital negeri Paman Sam, dari perjalanan udara hingga konstruksi.

Menurut Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, dampak penutupan tersebut jauh melampaui perkiraan awal para analis.

“Penutupan pemerintah selama 38 hari, yang terpanjang dalam sejarah AS, sangat memukul sektor perjalanan, hotel, dan konstruksi,” ujarnya kepada Fox Business dalam wawancara pada hari Jumat.

Hassett mengakui, apa yang semula dianggap hanya sebagai gangguan sementara kini berkembang menjadi pukulan besar terhadap stabilitas ekonomi nasional.

“Dampaknya terhadap perekonomian jauh lebih buruk dari yang kami perkirakan karena sudah berlangsung begitu lama,” papar dia.

PDB Tergerus, Pertumbuhan Ekonomi Melambat

Dampak dari shutdown ini tidak hanya terasa di permukaan. Berdasarkan analisis terbaru, penurunan aktivitas ekonomi akibat penghentian sementara layanan publik bisa memangkas pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat hingga 1% sampai 1,5% pada kuartal keempat tahun ini.

“Kami seharusnya mengalami pertumbuhan setidaknya 3% pada kuartal keempat… sekarang kami mengharapkan sekitar setengahnya,” ungkap Hassett, mengutip proyeksi Goldman Sachs.

Kondisi ini menunjukkan bahwa dampak kebijakan politik dapat menular layaknya riak air di kolam tenang—sekali diguncang, getarannya menjalar ke seluruh penjuru ekonomi.

Sektor Pariwisata dan Transportasi Jadi Korban Terberat

Penurunan paling nyata terlihat di sektor perjalanan dan pariwisata.

“Perjalanan dan liburan adalah sektor yang benar-benar terpukul keras saat ini,” ujar Hassett.

Industri penerbangan yang selama ini menjadi urat nadi mobilitas domestik dan internasional kini tengah terseok. Penutupan pemerintah menyebabkan ribuan pekerja di sektor transportasi, termasuk pengendali lalu lintas udara, tidak dapat bekerja penuh. Situasi ini mengakibatkan kekacauan besar di bandara-bandara utama Amerika.

Media lokal melaporkan bahwa sekitar 700 penerbangan di 40 bandara besar dibatalkan pada Jumat (7/11/2025). Pemangkasan tersebut terjadi setelah Badan Penerbangan Federal (FAA) mengumumkan pengurangan jadwal penerbangan akibat kekurangan staf yang cukup parah.

Di tengah kekurangan staf pengendali lalu lintas udara akibat penutupan, FAA memerintahkan pemangkasan penerbangan sebesar 4% pada hari Jumat.
Pemangkasan tersebut akan meningkat secara bertahap menjadi 10% pada waktu yang sama pekan depan jika penutupan berlanjut, menurut perintah darurat FAA.

Efek Domino ke Dunia Usaha dan Konsumen

Efek dari shutdown bukan hanya dirasakan oleh pelaku industri besar. Bisnis kecil, hotel, restoran, dan penyedia jasa perjalanan kini ikut terseret ke dalam pusaran ketidakpastian. Ketika bandara lumpuh, hotel kehilangan tamu, perusahaan logistik terhenti, dan sektor jasa pariwisata berkurang pendapatannya secara drastis.

Sementara itu, ribuan pegawai negeri sipil yang terdampak penghentian anggaran juga harus menahan napas tanpa kepastian kapan gaji mereka akan kembali dibayarkan. Kondisi ini berpotensi menekan daya beli masyarakat dan memperlambat sirkulasi uang di tingkat rumah tangga.

Dampak Psikologis dan Politik yang Mengkhawatirkan

Bagi sebagian ekonom, shutdown kali ini bukan sekadar krisis fiskal, tetapi juga ujian bagi citra pemerintahan Amerika di mata dunia. Ketika mesin birokrasi macet karena tarik-menarik kepentingan politik, rasa percaya investor dan masyarakat bisa terkikis.

Ketidakpastian ini menciptakan efek psikologis yang tidak kalah berbahaya dari dampak ekonomi langsung. Layaknya kendaraan tanpa pengemudi, ekonomi AS kini bergerak tanpa arah yang jelas—tergantung pada seberapa cepat kompromi politik bisa dicapai di Capitol Hill.

Jika situasi ini berlarut-larut, bukan tidak mungkin bayangan resesi akan kembali menghantui ekonomi terbesar dunia tersebut.

Peringatan untuk Pemerintah dan Dunia Usaha

Hassett mengingatkan bahwa jika penutupan ini terus berlanjut, gelombang masalah akan semakin besar dan merembet ke sektor-sektor lain, termasuk tenaga kerja penerbangan. Ia menyebut bahwa perpanjangan krisis selama “satu atau dua pekan lagi” dapat menyebabkan penurunan pendapatan jangka pendek bagi para pekerja dan perusahaan di sektor transportasi udara.

Penutupan pemerintah yang semula dianggap sekadar kebuntuan politik kini menjelma menjadi badai ekonomi dengan radius dampak yang luas—mengguncang pasar, melumpuhkan perjalanan, dan menggerus optimisme pertumbuhan.

Dengan ancaman pertumbuhan ekonomi yang bisa terpangkas hingga setengahnya, dunia kini menatap Washington dengan penuh tanda tanya: berapa lama lagi Amerika akan membiarkan mesin pemerintahannya berhenti berdetak?

Also Read

Tags