Purbaya Ungkap Biang Kerok Perlambatan Ekonomi Awal Tahun: Masalah Internal, Bukan Dampak Global

Sahrul

Kinerja perekonomian Indonesia pada awal 2025 sempat tersendat, namun Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa faktor eksternal bukanlah penyebab utama. Ia menyampaikan bahwa perlambatan yang terjadi sejak Januari hingga Agustus bukan dipicu dinamika global, melainkan persoalan internal yang kini telah dibenahi pemerintah.

“Jadi kalau dilihat dari sini sih perlambatan ekonomi kita sepanjang mungkin 8 bulan pertama tahun ini bukan karena global saja. Mungkin bukan karena global, mungkin karena salah urus di dalam yang sudah kita perbaiki,” kata Purbaya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis (27/11/2025).

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Menunjukkan Perbaikan

Dalam sesi pemaparan, Purbaya menguraikan kondisi ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 yang tetap tumbuh sebesar 5,04% secara tahunan (yoy). Menurutnya, angka tersebut tercapai berkat kokohnya permintaan domestik, ekspor yang masih tangguh, investasi yang tetap stabil, serta belanja pemerintah yang kembali meningkat setelah sempat melemah.

Ia menerangkan bahwa kebangkitan belanja negara terlihat jelas di kuartal III, setelah dua periode sebelumnya mengalami kontraksi.
“Konsumsi pemerintah tumbuh 5,49% sejalan dengan akselerasi belanja pemerintah di kuartal III yang tumbuh tinggi dan akan terus di akselerasi di Q4. Kalau kita lihat belanja pemerintah kelihatan triwulan pertama mengalami kontraksi 1,37%, triwulan II masih minus 0,33%, triwulan III tumbuh positif 5,5%,” ucap Purbaya.

Menurutnya, perlambatan di awal tahun tidak dapat dilepaskan dari lambatnya realisasi anggaran pemerintah. Sebagaimana dijelaskannya, keterlambatan tersebut menjadi salah satu faktor yang menahan gerak roda perekonomian nasional.
“Jadi di dua triwulan pertama tahun ini pemerintah belanjanya lambat sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi kita. Ini kita perbaiki dan ke depan kita pastikan di triwulan pertama tahun depan kita akan tumbuh terus. Kita akan cegah belanja yang terlambat dari pemerintah sehingga ekonominya akan tetap kuat,” tambahnya.

Surplus Perdagangan Berlanjut, Ekspor Tetap Tangguh

Di tengah gejolak global yang membuat banyak negara limbung, neraca perdagangan Indonesia justru mencatatkan performa gemilang. Purbaya menyebut bahwa sejak Januari hingga September 2025, surplus perdagangan nasional mencapai US$ 33,48 miliar, atau naik sekitar 50,09% secara yoy, dengan surplus bulanan mencapai US$ 4,34 miliar. Tren positif ini menjadi rekor baru karena bertahan selama 65 bulan berturut-turut.

“Kalau dilihat dari sini, walaupun perekonomian dunia mengalami gejolak yang tidak menentu, kelihatannya pengaruh ke ekspor kita dan trade balance kita tidak signifikan, malah cenderung positif. Ini terlihat dari pertumbuhan trade balance yang 50,09% tadi,” jelas Purbaya.

Lonjakan surplus ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan luar negeri Indonesia masih menjadi salah satu penopang utama stabilitas ekonomi, sekaligus bukti bahwa daya saing ekspor Indonesia tetap solid meski pasar global tidak menentu.

Optimisme Menatap Kuartal IV dan Akhir Tahun

Sejumlah langkah korektif seperti penempatan dana pemerintah di perbankan hingga pemberian stimulus di berbagai sektor diharapkan dapat menjadi amunisi tambahan bagi pemulihan ekonomi. Purbaya pun menyampaikan proyeksi optimistis untuk kuartal IV 2025.

“Saya expect ekonomi kita akan tumbuh lebih bagus di triwulan IV tahun ini. Kita expect triwulan IV dengan stimulus lain-lain bisa tumbuh 5,6-5,7%. Kalau itu terjadi, maka momentum pertumbuhan ekonomi kita sudah berbalik dari melambat ke arah percepatan dan full year ekonomi kita bisa tumbuh 5,2%,” pungkasnya. Dengan berbagai indikator yang menunjukkan arah pemulihan, pemerintah berharap ritme ekonomi nasional dapat kembali stabil pada awal 2026. Jika komitmen penyerapan anggaran dan pemberian stimulus terus dijaga, Indonesia berpeluang mempertahankan pertumbuhan yang konsisten di tengah ketidakpastian global.

Also Read

Tags