Upaya panjang aparat Indonesia dalam memburu salah satu buronan narkotika paling berbahaya akhirnya berbuah hasil. Dewi Astutik, wanita yang selama ini dikenal dengan julukan “Mami”, tak lagi bisa bersembunyi setelah operasi lintas negara yang melibatkan berbagai institusi keamanan menutup ruang geraknya. Penangkapan ini menjadi babak baru dalam pemberantasan jaringan narkoba internasional yang selama bertahun-tahun meresahkan Asia.
Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja bersama Kepolisian Kamboja, KBRI Phnom Penh, Atase Pertahanan RI, dan Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI dalam operasi yang bisa diibaratkan sebagai jaring besar yang menutup pelarian Dewi. Perempuan ini selama bertahun-tahun menjadi aktor intelektual penyelundupan sabu dengan volume yang mencengangkan—hingga mencapai 2 ton dalam salah satu aksinya.
Dewi diketahui merupakan bagian dari sindikat Golden Triangle, kelompok peredaran narkotika kelas kakap di kawasan Asia yang telah lama menjadi momok bagi banyak negara. Ia juga terkait dengan sejumlah perkara besar pada 2024, termasuk jaringan Golden Crescent yang dikenal licin dan memiliki struktur seperti gurita: luas, rumit, dan saling terhubung.
Penangkapan Dewi dilakukan di Sihanoukville, sebuah kawasan pesisir Kamboja yang kerap digunakan sebagai tempat persinggahan transaksi gelap. Operasi itu dipimpin langsung oleh Direktur Penindakan dan Pengejaran BNN, Roy Hardi Siahaan, dan berlangsung senyap seperti bayangan yang mengintai dari balik malam.
“Operasi ini mendapat dukungan penuh dari Atase Pertahanan RI di Kamboja dan BAIS TNI yang dipimpin Yudi Abrimantyo, yang berperan penting dalam pemetaan pergerakan lintas negara serta koordinasi regional,” kata Kepala BNN RI, Suyudi Ario Seto dalam keterangan pers pada Selasa (2/12/2025).
Ditangkap Saat Melangkah ke Lobi Hotel
Perburuan itu mencapai puncaknya ketika Dewi bergerak menuju lobi sebuah hotel di Sihanoukville. Tanpa sempat melawan atau kabur, tim gabungan langsung mengamankan dirinya. Penggerebekan tersebut digambarkan berlangsung cepat dan presisi—seperti pisau bedah yang membelah jaringan tanpa menimbulkan riak di permukaan.
“Setelah diamankan, Dewi dipindahkan ke Phnom Penh untuk proses verifikasi identitas dan penyerahan resmi antarotoritas,” ujar Suyudi.
Dewi tak hanya menjadi buronan Indonesia, tetapi juga Korea Selatan, yang turut memburu dirinya atas dugaan keterlibatan dalam operasi narkotika lintas negara. Kini, tak ada lagi ruang bagi Dewi untuk bersembunyi setelah ia dipindahkan ke Phnom Penh dan proses hukum mulai ditata.
Penyelidikan Berlanjut, Jaringan Besar Menunggu Diurai
Setelah kembali ke Indonesia, Dewi akan menjalani pemeriksaan mendalam. Aparat akan menelusuri rincian struktur jaringan yang ia kendalikan: dari aliran dana, pola penyelundupan, hingga pihak-pihak yang berperan sebagai penghubung dalam rantai distribusi narkotika internasional.
“Jejaring ini diketahui beraktivitas dalam pengambilan dan distribusi narkotika berbagai jenis, termasuk kokain, sabu, dan ketamin, menuju Asia Timur dan Asia Tenggara,” ujar Suyudi.
Jaringan yang ditangani Dewi bukan organisasi kecil. Mereka diduga mengoperasikan logistik yang menjangkau banyak negara, memanfaatkan jalur laut, udara, bahkan pelabuhan-pelabuhan kecil yang sulit diawasi. Penangkapan Dewi hanyalah pintu masuk menuju pengungkapan struktur yang lebih besar.
BNN menegaskan bahwa upaya pemberantasan tidak akan berhenti setelah Dewi dipastikan berada dalam tahanan. Lembaga itu berkomitmen melanjutkan penyisiran untuk menghancurkan seluruh rangkaian sindikat yang selama ini bekerja di balik layar, memanfaatkan celah demi celah di berbagai negara untuk mengalirkan narkotika ke pasar internasional.
Melalui penangkapan ini, aparat berharap bisa menutup salah satu jalur utama penyelundupan narkoba di kawasan Asia. Operasi lintas batas yang berhasil dilakukan juga menunjukkan bahwa kerja sama antarnegara merupakan kunci dalam menghadapi kejahatan transnasional yang semakin kompleks—sebuah pertarungan yang ibaratnya tidak mengenal batas wilayah.






