Perang Meletus, Thailand Kehilangan 9 Tentara dan 3 Warga Sipil

Sahrul

Ketegangan di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali mencapai titik berbahaya. Kementerian Pertahanan Thailand melaporkan peningkatan jumlah korban jiwa akibat bentrokan yang terus berlangsung sejak pekan lalu. Dalam laporan terbaru, sembilan prajurit Thailand serta tiga warga sipil dinyatakan meninggal dunia akibat serangan yang terus menghujani wilayah perbatasan kedua negara tersebut. Angka ini menunjukkan bahwa eskalasi konflik bukan sekadar gesekan kecil, melainkan sudah berubah menjadi perang terbuka yang menyisakan luka mendalam bagi warga.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Laksamana Muda Surasan Kongsiri, mengonfirmasi jumlah korban yang terus bertambah seiring intensitas pertempuran yang tidak menunjukkan tanda mereda. “Tiga warga sipil tewas, sembilan tentara tewas, sekitar 120 tentara terluka,” kata Surasan dalam laporan media The Nation. Pernyataan ini menggambarkan betapa dahsyatnya dampak konflik—laksana badai yang memorak-porandakan tidak hanya pasukan tempur, tetapi juga warga yang tidak bersenjata.

Tidak hanya menelan korban jiwa, bentrokan juga memicu gelombang pengungsian besar-besaran. Surasan mengungkapkan bahwa sekitar 199.618 warga terpaksa meninggalkan rumah mereka dan kini berlindung di 849 pusat evakuasi. Pemandangan ini menjadi simbol nyata bagaimana perang yang seharusnya berlangsung di garis depan kini menjalar ke kehidupan masyarakat sipil, memaksa ratusan ribu orang mengungsi demi menyelamatkan diri.

Surasan juga menuding pasukan Kamboja terus menggempur posisi Thailand dengan senjata berat. Menurutnya, militer Kamboja melancarkan serangan secara masif menggunakan peluncur roket BM-21, drone kamikaze, hingga mortir, yang membuat pertempuran terasa bagai hujan besi yang tak berkesudahan. Di sisi lain, militer Thailand berupaya mempertahankan wilayahnya sekaligus melakukan serangan balasan terukur.

Ia menjelaskan bahwa Angkatan Laut Kerajaan Thailand tetap menjalankan operasi militer dalam kampanye Penindasan Musuh di Trat. Di darat, Angkatan Darat dan Angkatan Laut disebut bergerak maju sesuai dengan rencana operasi yang telah ditetapkan. Surasan menegaskan mereka membuat perkembangan positif dalam sejumlah sektor pertempuran.

Dukungan udara turut memainkan peran vital dalam operasi ini. Angkatan Udara Kerajaan Thailand dikatakan terus memberikan perlindungan dari langit dengan serangan strategis serta pengintaian udara yang membantu pasukan darat mengamankan wilayah kunci. Sinergi kekuatan darat, laut, dan udara tersebut menjadi penopang utama strategi militer Thailand dalam menghadapi agresi Kamboja.

Konflik terbaru ini pecah kembali setelah ketegangan sempat mereda beberapa bulan sebelumnya. Thailand mengeklaim bahwa pasukan Kamboja mengerahkan berbagai senjata berat, mulai dari peluncur roket RM-70, roket BM-21, hingga drone kamikaze. Akibat serangan tersebut, Thailand sempat melaporkan tujuh warga sipil dan tiga tentaranya tewas sebelum gelombang serangan berikutnya kembali meningkatkan jumlah korban.

Pada Juni lalu, kedua negara juga pernah terlibat pertempuran selama empat hari, situasi yang kala itu baru mereda setelah Malaysia selaku Ketua ASEAN turun tangan memediasi hingga kedua pihak menyepakati gencatan senjata. Namun, gencatan itu kini runtuh, membuka kembali babak baru konflik yang kembali menelan korban.

Dengan situasi yang terus memanas, komunitas internasional mulai memperhatikan konflik ini. Banyak pihak menilai diperlukan langkah diplomasi yang lebih kuat agar pertempuran tidak berkembang menjadi perang berkepanjangan yang berpotensi mengguncang stabilitas kawasan Asia Tenggara. Di tengah kondisi ini, ribuan keluarga Thailand kini hanya bisa berharap perdamaian segera kembali, sementara suara dentuman senjata masih menghantui langit perbatasan.

Also Read

Tags