Sebuah artefak bersejarah yang berasal dari abad ke-11 akan sementara waktu tidak dapat diakses publik.
Hal ini terjadi karena museum yang menjadi rumah bagi artefak tersebut di Prancis akan ditutup untuk renovasi mulai bulan September mendatang. Informasi ini telah dikonfirmasi oleh pihak museum melalui laman resmi mereka.
Dalam pernyataan resminya, museum menyampaikan, “Museum Tapestry Bayeux akan menutup pintunya untuk umum, untuk pekerjaan renovasi, mulai 1 September 2025. Pembukaan kembali direncanakan untuk Oktober 2027. Terima kasih atas pemahaman Anda.”
Permadani Bayeux, sebuah karya seni berharga, menggambarkan perjalanan William, Duke of Normandy, yang kemudian naik takhta sebagai Raja Inggris setelah memenangkan Pertempuran Hastings pada tahun 1066.
Keistimewaan utama dari permadani ini terletak pada teknik pembuatannya yang menggunakan sulaman dari benang wol.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai seni dan sejarahnya, museum telah membagi tampilan artefak ini menjadi tiga bagian. Penerangan yang temaram menambah nuansa dramatis pada karya ini.
Sesuai dengan keterangan di situs resmi museum, “Tapestri Bayeux disajikan dalam ruang yang gelap di mana hanya artefak itu sendiri yang menyala. Komentar audio-panduan dalam 16 bahasa termasuk versi untuk anak-anak dalam bahasa Prancis dan Inggris, dan adegan dalam bantuan 3D untuk tunanetra secara visual, berfungsi untuk membuat pekerjaan dapat diakses hingga seluas mungkin.”
Selama lebih dari 40 tahun, artefak ini telah menjadi daya tarik utama bagi pengunjung di Seminari Besar Bayeux, yang merupakan bagian dari kompleks Museum Bayeux di barat laut Prancis. Namun, kesempatan untuk melihatnya langsung akan segera berakhir.
Siapa saja yang ingin menyaksikan keindahan permadani ini harus berkunjung sebelum museum resmi tutup pada pukul 19.00 waktu setempat pada 31 Agustus 2025. Setelah itu, museum akan menjalani proses pemugaran hingga Oktober 2027.
Setelah proses renovasi selesai, Permadani Bayeux akan ditempatkan dalam ruang pameran yang lebih besar di Seminari Besar, sebuah proyek yang dirancang oleh firma arsitektur asal Inggris, RSHP.
Ekspansi besar ini bertujuan untuk menggandakan luas ruang pameran serta meningkatkan fasilitas demi menjaga keutuhan tekstil berharga ini.
Wali Kota Bayeux, Patrick Gomont, dalam pernyataan persnya mengungkapkan, “Dalam hal pengaruh ekonomi dan budaya, ini adalah proyek yang paling kompleks dan ambisius … yang pernah dilakukan oleh kota Bayeux.”
Tempat baru permadani ini akan dirancang dengan standar konservasi tinggi, termasuk ruang pameran kedap udara untuk melindungi dari paparan cahaya, perubahan suhu, serta polusi.
CNN melaporkan bahwa permadani ini juga akan disangga oleh struktur khusus yang dirancang untuk menopang dan melindungi kehalusan sulaman, demi memastikan kelestariannya bagi generasi mendatang.
Salah satu adegan paling terkenal dalam permadani ini adalah momen ketika Harold, raja terakhir Anglo-Saxon Inggris, terkena panah di matanya dalam Pertempuran Hastings.
Selain itu, permadani ini juga memuat salah satu penggambaran paling awal dari komet Halley, jauh sebelum astronom Edmond Halley mengidentifikasi serta memberi nama pada fenomena langit tersebut.
Menjaga keutuhan karya sulaman dari abad ke-11 bukanlah tugas yang sederhana. Pewarna alami yang digunakan, berasal dari ekstrak tanaman, tetap mempertahankan kecerahannya hingga kini.
Namun, upaya restorasi di masa lalu, terutama yang dilakukan pada abad ke-19, kurang berhasil. Bagian yang mengalami banyak sentuhan ulang pada masa itu kini justru tampak memudar.
Proyek konservasi secara resmi dimulai pada Januari 2025 dengan pembersihan halus pada kanvas linen serta penghapusan lapisan pendukung yang ditambahkan pada tahun 1983.
Pada musim gugur tahun yang sama, permadani ini akan dipindahkan dari tempat penyimpanannya, dikemas dengan cermat dalam peti khusus, lalu dibawa ke lokasi yang aman hingga tiba waktunya untuk dipamerkan kembali.
Bagi para pencinta sejarah, waktu semakin mendekati batas bagi kesempatan menyaksikan salah satu kronik bersejarah paling ikonik dalam bentuk sulaman ini secara langsung.