Upaya memulihkan pasokan listrik di Aceh belum sepenuhnya membuahkan hasil. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan permintaan maaf atas belum pulihnya jaringan kelistrikan di wilayah tersebut. Ia menjelaskan bahwa target pemulihan 93 persen pada akhir pekan lalu belum mampu dicapai karena kompleksitas kerusakan yang terjadi.
Proses pemulihan yang sebelumnya diperkirakan berjalan lebih cepat ternyata menghadapi tantangan besar di lapangan. Bahlil menggambarkan situasi tersebut sebagai rangkaian hambatan yang tak dapat diprediksi, layaknya medan gelap yang menyimpan jebakan di setiap sudutnya.
“Saya yakin dan percaya bahwa pasti masih banyak kekurangan, pasti masih terjadi hal-hal yang tidak pernah kita perkirakan terjadi di lapangan,” ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (9/12/2025).
Ia melanjutkan bahwa pemerintah turut merasakan kesulitan masyarakat yang terdampak pemadaman listrik berulang.
“Karena itu, sebagai pemerintah juga ikut prihatin yang sedalam-dalamnya, dan kalau ada yang memang belum maksimal kami memberikan pelayanan, kami memohon maaf,” lanjutnya.
Kerusakan Masif Akibat Bencana: Jaringan Listrik Lumpuh
Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, menekankan bahwa penyebab utama lambatnya pemulihan adalah kerusakan parah yang menimpa infrastruktur listrik Aceh. Bencana longsor dan banjir besar pada akhir November menyebabkan sejumlah titik transmisi mengalami kerusakan serius.
“Saya memahami betul kekecewaan dan kesulitan masyarakat. Tidak ada alasan apapun yang bisa menghapus ketidaknyamanan ini. Saya mohon maaf, dan memastikan bahwa tim kami terus bekerja penuh untuk bagaimana memulihkan sistem kelistrikan di Aceh,” ujar Darmawan dalam telekonferensi bersama Bahlil.
Salah satu titik paling kritis adalah jalur transmisi Bireun–Arun. Sebanyak enam tower transmisi roboh tersapu banjir, membuat aliran listrik dari pembangkit Arun terhenti total menuju Bireun dan daerah di pesisir timur Aceh, termasuk Banda Aceh. Ibarat sebuah nadi yang terputus, suplai energi ke wilayah tersebut pun terhenti.
Akibatnya, Banda Aceh yang biasanya mendapat pasokan dari Arun kini hanya bergantung pada pembangkit di Nagan Raya. Namun kapasitas yang terbatas memaksa terjadinya pemadaman bergilir.
Kerusakan juga terjadi pada transmisi antara Bireun dan Aceh Tengah yang menyuplai listrik ke Takengon dan kawasan Gunung Ketia. Medan berat serta akses jalan yang terputus membuat proses pengangkutan material dan penarikan kabel harus dilakukan dengan lebih hati-hati, bahkan dalam beberapa titik menggunakan metode darurat.
Perbaikan Berhasil Dilakukan, Tapi Penyambungan Sistem Tidak Semulus Rencana
PLN mengungkapkan bahwa perbaikan fisik tower telah berhasil dilakukan bersamaan dengan kunjungan Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Bahlil ke lokasi bencana. Pada tahap awal, PLN cukup optimistis pemulihan dapat segera rampung karena struktur jaringan yang rusak sudah berdiri kembali dan siap tersambung.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa proses penyalaan sistem tidak sesederhana menghubungkan kabel ke sumber energi.
“Ternyata dalam proses pengaliran listrik dari Arun ke Banda Aceh kami menghadapi tantangan hambatan teknis. Kenyataannya bahwa penyaluran listrik ini jauh lebih berat daripada perkiraan kami. Kami mengakui kerusakan jaringan kami sangat parah,” jelas Darmawan.
Ia menambahkan bahwa sejumlah daerah yang terisolasi karena longsor dan banjir memerlukan waktu tambahan sebelum jaringan dapat kembali berfungsi normal. Daerah tersebut meliputi Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Tamiang, hingga Gayo Lues — wilayah yang secara geografis sulit dijangkau dan membutuhkan penanganan khusus.
Upaya Tambahan: Genset untuk Banda Aceh, Peningkatan Pasokan Dipercepat
Untuk meringankan beban masyarakat di Banda Aceh yang mengalami pemadaman bergilir berkepanjangan, PLN mengambil langkah darurat dengan mendatangkan genset dan pembangkit tambahan. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi frekuensi pemadaman selama masa pemulihan jaringan inti.
“Dalam proses ini selama 5 hari pemulihan ke depan, kami sudah berusaha mendatangkan genset untuk Banda Aceh, juga pembangkit untuk Banda Aceh. Sehingga selama dalam pemulihan ini kami mengusahakan agar pemadaman bergilir bisa kami kurangi,” tutup Darmawan.
Pemulihan listrik Aceh kini memasuki fase krusial. Dengan kerusakan yang begitu besar dan medan yang menantang, proses pemulihan membutuhkan kerja ekstra dan koordinasi intensif. Pemerintah dan PLN berjanji akan mempercepat penanganan, sementara masyarakat berharap agar cahaya di wilayah mereka kembali pulih sepenuhnya dalam waktu dekat.






