Amerika Serikat resmi mengajukan sebuah dokumen berisi rencana penyelesaian konflik antara Ukraina dan Rusia, sebuah langkah diplomasi yang disebut sebagai upaya mengerem perang yang sudah berlangsung hampir empat tahun. Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa Kyiv diberi tenggat hingga 27 November untuk memberikan jawaban resmi terkait draf perdamaian tersebut.
Dalam pernyataannya, Trump menjelaskan bahwa batas waktu itu masih bisa berubah, namun sejauh ini tetap dianggap sebagai patokan. “Saya sudah punya banyak tenggat waktu, tetapi jika semuanya berjalan lancar, kita cenderung memperpanjang tenggat waktu. Namun, Kamis, menurut kami, adalah waktu yang tepat,” kata Trump dilansir AFP, Sabtu (22/11/2025).
Komentar itu ia utarakan saat berbicara dalam wawancara bersama Fox Radio pada Jumat (21/11). Trump ditanya apakah Ukraina memang hanya diberi waktu hingga Kamis pekan depan untuk merespons paket perdamaian berisi 28 poin yang disusun Washington sebagai jalan keluar menghentikan pertempuran yang tak kunjung usai.
Isi rancangan tersebut memuat beberapa tuntutan besar yang harus dipenuhi Kyiv. Salah satu poin terberat adalah penyerahan sebagian wilayah timur Ukraina kepada Rusia. Selain itu, Ukraina diminta memangkas jumlah pasukannya sebagai bagian dari mekanisme jaminan keamanan.
Dalam dokumen itu, Kyiv juga diminta melakukan komitmen permanen untuk tidak bergabung dengan NATO. Tidak hanya itu, Ukraina tidak akan menerima pasukan penjaga perdamaian dari negara-negara Barat seperti yang sebelumnya mereka ajukan. Walaupun demikian, pesawat tempur dari negara-negara Eropa dijanjikan tetap ditempatkan di Polandia sebagai langkah perlindungan tidak langsung.
Trump menegaskan bahwa jika konflik masih berlanjut dan tidak segera dihentikan, situasi di lapangan justru akan semakin merugikan Ukraina. Ia mengingatkan bahwa wilayah yang mungkin hilang dalam perang ini akan tetap harus diserahkan sebagaimana tercantum dalam rencana damai tersebut. “Katakan apa yang Anda inginkan, mereka sangat berani,” katanya memuji pasukan Ukraina yang terus melawan serangan Rusia.
Trump juga memberikan tanggapan terkait spekulasi bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin merencanakan ofensif baru. Menurutnya, Putin tidak memiliki keinginan untuk memperpanjang konflik. “Presiden Rusia Vladimir Putin ‘tidak menginginkan perang lagi,'” jawab pemimpin Partai Republik itu ketika ditanya tentang kemungkinan Rusia menyerang negara-negara lain di Eropa setelah menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Tak hanya itu, Trump menambahkan bahwa Putin telah menanggung konsekuensi politik maupun ekonomi dari perang yang tidak kunjung berhenti. Ia menyebut bahwa Kremlin sejatinya telah merasakan tekanan besar akibat invasi berkepanjangan. Trump juga menyatakan bahwa Putin “menerima hukuman” atas konflik yang telah berlangsung selama hampir empat tahun, padahal, tambah presiden AS, konflik tersebut “seharusnya hanya perang satu hari.”
Dengan proposal 28 poin yang kini berada di tangan Ukraina, dunia menanti langkah Kyiv. Apakah mereka akan menerima persyaratan yang dianggap sebagian kalangan terlalu berat, atau memilih mempertahankan posisi yang lebih keras? Jawaban resmi Kyiv pada 27 November mendatang diperkirakan menjadi salah satu momen paling menentukan dalam dinamika perang Rusia–Ukraina terbaru.






