Memasuki awal November 2025, sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di berbagai wilayah Indonesia telah menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Penetapan harga baru ini merupakan tindak lanjut dari kebijakan pemerintah melalui Keputusan Menteri ESDM yang mengatur formula dasar perhitungan harga jual eceran BBM. Namun, di tengah pembaruan harga tersebut, sejumlah SPBU swasta seperti Shell dan Vivo justru menghadapi masalah kekosongan stok untuk beberapa jenis bahan bakar.
Shell, misalnya, sudah mengumumkan daftar harga terbarunya per 1 November 2025. Akan tetapi, ketersediaan bahan bakar jenis bensin masih nihil di sebagian besar jaringannya. Saat ini, SPBU Shell hanya beroperasi untuk melayani pelanggan BBM jenis Shell V-Power Diesel serta menyediakan layanan non-BBM seperti toko Shell Select, bengkel, dan Shell Recharge.
“Produk BBM Shell jenis bensin (Shell Super, Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+) saat ini belum tersedia di jaringan SPBU Shell,” tulis Shell melalui laman resminya, Minggu (2/10/2025).
Fenomena serupa juga terjadi di jaringan SPBU Vivo. Berdasarkan data dari situs resminya, hanya bahan bakar jenis Diesel Primus Plus (CN 51) yang tersedia, dengan harga baru Rp 14.410 per liter—naik tipis dari Rp 14.270 per liter pada bulan sebelumnya. Sementara itu, jenis bensin Revvo 90, Revvo 92, dan Revvo 95 belum dapat ditemukan di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya. Situasi ini membuat sejumlah pengendara kesulitan memperoleh bahan bakar sesuai spesifikasi kendaraan mereka.
Berbeda dengan Shell dan Vivo, SPBU BP justru menunjukkan perkembangan positif. Stok bahan bakar mulai stabil, bahkan harga beberapa produk mengalami penurunan. BBM jenis BP 92 kini dijual Rp 12.680 per liter, turun dari Rp 12.890. Sedangkan BP Ultimate (RON 95) juga mengalami penurunan harga menjadi Rp 13.260 per liter dari Rp 13.420. Kondisi ini memberikan sedikit napas lega bagi pengguna kendaraan pribadi yang mengandalkan bahan bakar nonsubsidi.
Di sisi lain, Pertamina sebagai pemain utama dalam distribusi BBM nasional juga melakukan penyesuaian harga untuk produk nonsubsidinya. Berdasarkan data dari situs MyPertamina, harga Pertamina Dex (CN 53) dan Dexlite (CN 51) mengalami kenaikan masing-masing menjadi Rp 14.200 dan Rp 13.900 per liter. Sementara produk unggulan seperti Pertamax (RON 92), Pertamax Turbo (RON 98), dan Pertamax Green 95 tetap mempertahankan harga lama.
Di wilayah DKI Jakarta, harga Pertamax tetap di Rp 12.200 per liter, Pertamax Turbo di Rp 13.100, dan Pertamax Green 95 dijual Rp 13.000 per liter. Untuk BBM bersubsidi, pemerintah tidak melakukan perubahan. Pertalite masih dibanderol Rp 10.000 per liter dan Solar subsidi (Biosolar) tetap di Rp 6.800 per liter.
Penyesuaian harga BBM ini mengacu pada Keputusan Menteri ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022, yang menjadi pembaruan dari peraturan sebelumnya mengenai formula perhitungan harga dasar BBM. Regulasi ini ditujukan agar harga jual di SPBU mencerminkan kondisi pasar global, termasuk fluktuasi harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Namun, di lapangan, transisi harga tersebut tidak sepenuhnya berjalan mulus. Kekosongan stok di sejumlah SPBU, terutama Shell dan Vivo, menimbulkan antrean panjang serta keluhan dari pengendara. Beberapa pengguna kendaraan bahkan harus berpindah ke merek lain karena keterbatasan pasokan di wilayah tertentu.
Adapun daftar harga BBM terbaru per 1 November 2025 di beberapa jaringan SPBU adalah sebagai berikut:
BP:
- BP 92 (RON 92): Rp 12.680/liter
- BP Ultimate (RON 95): Rp 13.260/liter
- BP Ultimate Diesel (CN 53): Rp 14.410/liter
Shell:
- Shell Super (RON 92): Rp 12.680/liter
- Shell V-Power (RON 95): Rp 13.260/liter
- Shell V-Power Diesel (CN 51): Rp 14.410/liter
- Shell V-Power Nitro+ (RON 98): Rp 13.480/liter
Pertamina:
- Pertalite (RON 90): Rp 10.000/liter
- Solar Subsidi (CN 48): Rp 6.800/liter
- Pertamax (RON 92): Rp 12.200/liter
- Pertamax Turbo (RON 98): Rp 13.100/liter
- Pertamax Green 95 (RON 95): Rp 13.000/liter
- Dexlite (CN 51): Rp 13.900/liter
- Pertamina Dex (CN 53): Rp 14.200/liter
Vivo:
- Diesel Primus Plus (CN 51): Rp 14.410/liter
Dengan penyesuaian harga ini, masyarakat diharapkan lebih cermat memilih jenis BBM sesuai kebutuhan mesin kendaraan dan ketersediaan stok di wilayah masing-masing. Namun, di tengah fluktuasi harga dan pasokan yang belum merata, publik berharap agar pemerintah dan pihak swasta segera memastikan distribusi BBM kembali stabil agar tidak menimbulkan “kelangkaan buatan” di lapangan.






