BMKG Ingatkan Ancaman Cuaca Ekstrem akibat Bibit Siklon 93S di Bali hingga Jawa

Sahrul

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan potensi gangguan cuaca akibat kemunculan bibit siklon tropis 93S di kawasan Samudra Hindia. Fenomena atmosfer ini ibarat bara api di tengah angin, belum membesar sepenuhnya namun cukup untuk memicu dampak berantai jika diabaikan. Sejumlah wilayah di Indonesia bagian selatan, khususnya Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), serta Jawa, diminta meningkatkan kewaspadaan sejak dini.

BMKG menilai keberadaan bibit siklon 93S dapat menjadi pemantik cuaca ekstrem, mulai dari hujan deras, potensi banjir, tanah longsor, hingga gelombang laut yang meninggi. Karena itu, pemerintah daerah dan masyarakat diminta tidak bersikap pasif menunggu bencana datang, melainkan bersiap sebelum situasi memburuk.

“BMKG mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat di Bali, NTB, NTT, serta perairan Jawa untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi hujan lebat, banjir, longsor, dan gelombang tinggi akibat bibit siklon tropis 93S. Pemda diminta segera menyiapkan langkah mitigasi darurat, termasuk kesiapan jalur evakuasi, posko siaga bencana, serta koordinasi dengan aparat desa dan relawan,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, kepada wartawan, Sabtu (13/12/2025).

Menurut Guswanto, kesiapsiagaan bukan sekadar jargon, melainkan tindakan nyata di lapangan. Pemerintah daerah di wilayah yang berpotensi terdampak diharapkan aktif menyebarkan informasi resmi dari BMKG kepada masyarakat luas. Penyampaian informasi dinilai krusial agar warga tidak terlambat merespons perubahan cuaca yang dapat terjadi secara cepat.

Ia juga mengingatkan masyarakat, khususnya yang tinggal di kawasan rawan banjir dan longsor, agar meningkatkan kewaspadaan. Aktivitas di sekitar sungai, lereng, tebing curam, maupun pesisir pantai sebaiknya dibatasi untuk sementara waktu guna meminimalkan risiko keselamatan.

Sebagai bentuk langkah antisipatif, BMKG merinci sejumlah upaya mitigasi yang perlu disiapkan baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat di Bali hingga Jawa. Bagi pemerintah daerah, pembentukan dan pengaktifan posko siaga bencana di wilayah rawan menjadi langkah awal yang penting. Selain itu, jalur evakuasi serta lokasi pengungsian harus dipastikan aman dari ancaman banjir dan longsor. Koordinasi lintas instansi, mulai dari BPBD, aparat desa, relawan, hingga TNI-Polri, juga harus berjalan selaras agar respons darurat tidak tersendat. Informasi cuaca harian dari BMKG pun diminta disebarkan secara cepat melalui kanal resmi dan media lokal.

Sementara itu, masyarakat diimbau berperan aktif menjaga keselamatan diri dan keluarga. Aktivitas di laut sebaiknya dihindari saat peringatan gelombang tinggi dikeluarkan. Barang berharga dan dokumen penting perlu disimpan di tempat aman, serta arahan dari aparat desa atau kelurahan harus diikuti apabila evakuasi diperlukan. Sikap tenang namun tetap waspada menjadi kunci, disertai kebiasaan memantau informasi resmi dari BMKG secara berkala.

Sebelumnya, Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani juga mengungkap potensi dampak tidak langsung dari bibit siklon tropis 93S. Ia menyebut sistem ini berpeluang memicu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sejumlah wilayah dalam beberapa hari ke depan, terutama di Bali, NTB, dan NTT. Selain hujan, ancaman gelombang tinggi kategori sedang dengan ketinggian sekitar 1,25 hingga 2,5 meter berpotensi terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga NTT, perairan selatan Jawa Timur, serta Selat Bali–Lombok–Alas bagian selatan.

Berdasarkan analisis terbaru BMKG, kecepatan angin maksimum di sekitar sistem bibit siklon 93S saat ini mencapai 15 knot atau sekitar 28 kilometer per jam, dengan tekanan minimum 1009 hPa. Pengamatan tersebut menunjukkan bahwa awan konvektif di sekitar sistem masih belum tersusun rapi. Kondisi ini menandakan proses penguatan bibit siklon diprakirakan berjalan lambat dalam 24 jam ke depan, meski potensi dampaknya tetap perlu diantisipasi.

BMKG menegaskan, meski bibit siklon 93S belum berkembang menjadi siklon tropis penuh, kewaspadaan tetap menjadi pagar awal untuk mengurangi risiko. Dengan kesiapan pemerintah daerah dan kesadaran masyarakat, dampak buruk cuaca ekstrem diharapkan dapat ditekan semaksimal mungkin.

Also Read

Tags