Upaya pendataan korban bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat kembali diperbarui oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Lembaga ini mengoreksi laporan jumlah korban jiwa yang sebelumnya tercatat lebih tinggi di sistem daring mereka. Langkah tersebut dilakukan setelah data di lapangan disatukan, disaring, dan dicocokkan ulang melalui posko terpadu di sejumlah wilayah terdampak.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa proses penyempurnaan data adalah bagian dari prosedur standar setiap kali terjadi musibah berskala besar. Melalui konferensi pers pada Rabu (3/12), ia menegaskan pentingnya memastikan ketepatan setiap angka yang dirilis kepada publik.
“Secara umum rekapitulasi korban jiwa yang sudah dihimpun, diverifikasi dan divalidasi oleh posko terpadu, memang tadi ada koreksi yang kita lakukan dari data yang sudah masuk di dashboard secara online,” ujarnya.
Sebelumnya, dashboard resmi BNPB mencantumkan jumlah korban meninggal dunia mencapai 810 orang. Namun, setelah dilakukan verifikasi dan validasi lapangan yang lebih detail, total tersebut direvisi menjadi 770 jiwa. Artinya, ada selisih data yang wajib diluruskan agar tidak menimbulkan kebingungan publik.
“Total korban meninggal dunia yang sudah tervalidasi dan terverifikasi itu 770 jiwa dan korban hilang dalam pencarian 463 jiwa,” kata Muhari lagi.
Rincian Korban di Tiga Provinsi
Data baru yang telah disahkan menunjukkan betapa luasnya dampak bencana banjir dan tanah longsor yang melanda kawasan barat Indonesia tersebut. Setiap provinsi memiliki tingkat kerusakan serta korban yang berbeda-beda, ibarat tiga daerah yang menghadapi badai serupa namun dengan luka yang tidak sama.
- Aceh:
Tercatat 277 korban meninggal dunia dan 193 warga masih dilaporkan hilang. Wilayah ini menjadi salah satu yang paling terpukul karena banyak permukiman berada dekat aliran sungai dan lereng bukit. - Sumatra Utara:
Provinsi ini melaporkan 299 korban jiwa yang telah ditemukan serta 159 orang dinyatakan hilang. Beberapa daerah mengalami longsor berulang akibat tanah jenuh air. - Sumatra Barat:
Di wilayah ini, jumlah korban meninggal mencapai 194 orang, sementara 111 orang masih belum ditemukan. Kondisi geografis berbukit serta hujan deras nonstop memperburuk situasi.
Angka-angka tersebut mencerminkan skala tragedi yang melanda, seolah-olah tiga provinsi ini sedang menghadapi pergolakan alam yang datang bertubi-tubi tanpa memberi kesempatan untuk bernapas.
Status Bencana Belum Ditapkan Sebagai Bencana Nasional
Meski jumlah korban terus meningkat dan desakan publik makin menguat, pemerintah belum menetapkan musibah ini sebagai bencana nasional. Namun demikian, pemerintah memastikan bahwa penanganannya sudah berjalan seperti penanganan bencana skala nasional.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Pratikno, menegaskan bahwa seluruh elemen pemerintah sudah bergerak dengan kekuatan penuh.
Ia menyampaikan bahwa Presiden Prabowo telah menginstruksikan seluruh kementerian dan lembaga, termasuk aparat TNI–Polri dan BNPB, untuk turun tangan secara maksimal.
“Seluruh kementerian/lembaga diperintahkan oleh Bapak Presiden termasuk TNI-Polri, BNPB dan semua komponen untuk mengerahkan sumber dayanya semaksimal mungkin menangani bencana di Sumatera. Jadi sekali lagi penanganannya benar-benar penanganan full kekuatan secara nasional,” kata Pratikno di Lanud Halim Perdanakusuma, Rabu (3/12).
Dengan demikian, walaupun label “bencana nasional” belum disematkan secara formal, pola respons yang dijalankan pemerintah sejatinya sudah menyerupai operasi besar yang menggerakkan seluruh jaring kekuatan negara.
Pencarian dan Penanganan Masih Berlangsung
Hingga kini, tim gabungan masih berupaya mencari ratusan warga yang belum diketahui keberadaannya. Proses pencarian di tengah medan berat—dari lumpur tebal hingga puing-puing permukiman—menjadi tantangan tersendiri. Namun, pemerintah memastikan bahwa kebutuhan korban selamat, mulai dari logistik hingga hunian sementara, terus dipenuhi.
Derita panjang masyarakat di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat masih belum usai. Tetapi dengan kekuatan kolektif berbagai lembaga dan kerja bahu-membahu para relawan, diharapkan upaya pemulihan dapat berjalan lebih cepat, dan data korban dapat segera diselesaikan secara akurat.






