Tidak hanya memengaruhi kondisi mental dan fisik secara keseluruhan, stres yang berlangsung dalam jangka panjang juga berimplikasi negatif terhadap kesehatan gigi serta rongga mulut.
Menurut laporan Hindustan Times, pada Jumat, Founder of Pusat Kedokteran Gigi Dr. Sabadra’s, Dr. Prafull Sabadra mengungkapkan dampak luas yang dapat terjadi pada gigi ketika seseorang mengalami tekanan emosional.
Selain kebiasaan tak terkontrol, stres juga dapat memicu berbagai gangguan kesehatan. Dalam hal ini, Dr. Sabadra menjelaskan beberapa kebiasaan serta akibat yang timbul akibat stres, di antaranya:
Bruxism atau Kebiasaan Menggertakkan Gigi
Stres kerap kali muncul dalam bentuk bruxism, yakni tindakan tanpa sadar berupa mengatupkan atau menggesekkan gigi, terutama ketika sedang tidur. Kondisi ini terjadi akibat kecemasan yang memicu aktivitas otot rahang meningkat, menyebabkan tekanan berlebih pada gigi.
Dampak dari kebiasaan ini dapat berujung pada gigi yang mengalami retak atau patah, terkikisnya lapisan enamel yang berfungsi sebagai pelindung utama gigi, hingga meningkatkan sensitivitas terhadap nyeri serta risiko pembusukan. Selain itu, bruxism juga dapat menyebabkan rasa nyeri di rahang serta gangguan pada sendi temporomandibular (TMJ).
Xerostomia atau Mulut Kering Akibat Stres
Stres berkepanjangan berdampak pada sistem saraf, yang pada akhirnya menghambat produksi air liur sehingga rongga mulut menjadi kering. Penggunaan obat antikecemasan dan antidepresan juga berkontribusi terhadap kondisi ini.
Akibatnya, mulut kering dapat meningkatkan risiko kerusakan gigi karena minimnya proses pembersihan alami oleh air liur, memicu penyakit gusi serta infeksi di dalam mulut, dan menimbulkan kesulitan saat mengunyah, menelan, maupun berbicara.
Kurangnya Perhatian terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut
Masalah kesehatan mental seperti depresi yang sering kali menyertai stres dapat menyebabkan berkurangnya dorongan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Selain itu, stres dapat meningkatkan kebiasaan konsumsi makanan yang kurang sehat, seperti makanan yang tinggi kandungan gula atau bersifat asam, yang mempercepat proses kerusakan gigi.
Tak hanya itu, kebiasaan mengonsumsi tembakau atau alkohol sebagai mekanisme pelepasan stres justru memperburuk kondisi kesehatan mulut.
Menurunnya Sistem Imun
Stres juga berdampak pada sistem pertahanan tubuh, membuat jaringan gusi lebih mudah mengalami peradangan serta infeksi, seperti gingivitis dan periodontitis. Selain itu, stres berkepanjangan dapat memperlambat proses pemulihan setelah tindakan bedah atau cedera pada mulut.
Gangguan Tidur dan Dampaknya terhadap Gigi
Kurangnya waktu istirahat akibat stres dapat memperburuk kondisi bruxism. Tidur yang tidak berkualitas juga menghambat kemampuan tubuh dalam memperbaiki jaringan yang rusak di dalam mulut.
Peran Hormon Stres terhadap Kesehatan Mulut
Peningkatan kadar hormon kortisol dalam tubuh saat mengalami stres berkepanjangan mengurangi daya tahan tubuh terhadap infeksi serta peradangan pada rongga mulut. Selain itu, stres kronis berisiko menurunkan kepadatan tulang rahang, sehingga meningkatkan potensi kehilangan gigi.
Tidak hanya itu, stres juga kerap mendorong seseorang untuk melakukan kebiasaan seperti menggigit kuku, mengunyah benda keras seperti pulpen, atau bahkan menggunakan gigi untuk membuka kemasan, yang pada akhirnya berpotensi merusak enamel serta struktur gigi.
Langkah Pencegahan
Dr. Prafull Sabadra memberikan beberapa strategi untuk mengurangi dampak stres terhadap kesehatan gigi dan mulut, seperti menerapkan teknik relaksasi dengan berlatih mindfulness, meditasi, atau yoga. Jika stres sudah mengganggu kehidupan sehari-hari, disarankan untuk mencari bantuan profesional dalam mengatasi masalah kesehatan mental.
Untuk menjaga kebersihan gigi, penting untuk menjalankan rutinitas yang baik seperti menyikat gigi dua kali sehari, menggunakan benang gigi untuk membersihkan sela-sela gigi, serta memilih pasta gigi yang mengandung fluoride. Menjaga tubuh tetap terhidrasi juga dapat membantu mengatasi masalah mulut kering.
Lebih lanjut, membatasi konsumsi gula dan makanan asam dengan menggantinya dengan pilihan makanan bergizi dapat mendukung kesehatan gigi. Konsultasi rutin ke dokter gigi juga dianjurkan untuk mendapatkan perawatan pencegahan, seperti pemberian fluoride dan pemeriksaan kesehatan gusi secara berkala.