Prancis mengambil langkah diplomatik berani di kancah internasional dengan mengajak negara-negara anggota PBB mengakui kedaulatan Palestina. Seruan ini akan disampaikan secara resmi dalam konferensi internasional yang digelar di markas besar PBB, New York, mulai Rabu mendatang.
Menteri Luar Negeri Jean-Noel Barrot mengungkapkan rencana tersebut dalam wawancara dengan La Tribune Dimanche. Ia menyebut, langkah ini merupakan kelanjutan dari kebijakan Presiden Emmanuel Macron yang sebelumnya telah mengumumkan niat Prancis mengakui Palestina secara formal pada Sidang Umum PBB bulan September.
“Kami akan meluncurkan seruan di New York agar negara-negara lain bergabung dengan kami untuk memulai dinamika yang lebih ambisius dan menuntut yang akan mencapai puncaknya pada 21 September,” kata Barrot.
Harapan Prancis dan Peran Dunia Arab
Dalam upayanya mendorong pengakuan Palestina, Barrot juga berharap negara-negara Arab ikut bersuara lantang mengutuk Hamas sekaligus mendorong proses pelucutan senjata kelompok tersebut. Dukungan negara Arab dinilai penting sebagai jembatan menuju terciptanya dinamika baru perdamaian Timur Tengah.
Konferensi ini sejatinya telah lama dinanti, namun pelaksanaannya sempat tertunda akibat eskalasi konflik setelah Israel melancarkan serangan ke Iran. Acara tersebut digagas bersama oleh Prancis dan Arab Saudi sebagai bentuk kolaborasi diplomatik lintas kawasan.
Agenda Konferensi: Peta Jalan Solusi Dua Negara
Pada pertemuan hari Senin di markas PBB, direncanakan akan dibahas peta jalan menuju solusi dua negara. Agenda ini mencakup parameter pembentukan negara Palestina sekaligus jaminan keamanan bagi Israel, dua elemen krusial yang selama ini menjadi inti sengketa panjang di kawasan tersebut.
Namun demikian, konferensi ini tidak dihadiri oleh Amerika Serikat dan Israel. Washington menilai forum ini tidak sejalan dengan pendekatan mereka terhadap konflik Palestina-Israel.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS bahkan menyebut konferensi tersebut sebagai:
“hadiah bagi Hamas, yang terus menolak proposal gencatan senjata yang diterima oleh Israel yang akan mengarah pada pembebasan sandera dan membawa ketenangan di Gaza,” menurut Reuters.
AS sebelumnya juga memberikan suara menentang resolusi Majelis Umum PBB tahun lalu yang menyerukan penyelenggaraan konferensi ini. Mereka menegaskan tidak akan mendukung langkah apa pun yang dinilai berpotensi merusak prospek penyelesaian damai jangka panjang.
Respons Israel
Israel pun mengambil sikap serupa dengan menolak hadir dalam konferensi tersebut. Mereka menilai forum ini mengabaikan isu mendasar yang menjadi perhatian utama mereka.
Israel juga tidak berpartisipasi dalam konferensi tersebut, “yang tidak terlebih dahulu membahas isu pengutukan terhadap Hamas dan pemulangan seluruh sandera yang tersisa,” kata Jonathan Harounoff, juru bicara misi Israel di PBB.
Dengan absennya dua aktor kunci konflik, fokus konferensi ini pun diarahkan pada upaya membangun kesepakatan global yang lebih luas sebagai pijakan diplomasi masa depan. Langkah Prancis diharapkan mampu menciptakan arus dukungan internasional yang lebih kuat untuk mewujudkan solusi damai dan pengakuan penuh terhadap Palestina di panggung dunia.