Dukung Trump Lagi, Netanyahu Abaikan Upaya Gencatan Senjata?

Sahrul

Di tengah kabut perang yang belum juga menghilang dari langit Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menaruh harapan besar pada sosok yang pernah menjadi sekutu terdekatnya di kancah global: Donald Trump. Ia meyakini, kehadiran Trump dalam medan diplomasi dapat menjadi kunci yang membuka gerbang gencatan senjata dengan Hamas.

Meskipun putaran pertama perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas di Doha, Qatar, belum menghasilkan kesepakatan konkret, Netanyahu tetap optimistis akan arah negosiasi. Ia percaya, komunikasi dengan mantan Presiden AS itu bisa menjadi suluh dalam perundingan yang kini berada di persimpangan jalan.

“Saya yakin diskusi dengan Presiden Trump tentu dapat membantu memajukan hasil-hasil ini,” kata Netanyahu pada Minggu (6/7/2025), sebelum bertolak ke Washington untuk pertemuan ketiganya dengan Trump.

Delegasi Israel yang dikirim ke Doha, menurut Netanyahu, telah membawa mandat jelas berdasarkan parameter yang sebelumnya telah ditetapkan pemerintahnya. Namun, jalan damai yang coba dirintis itu tidak semudah yang dibayangkan.

Mengutip laporan Reuters, dua sumber dari pihak Palestina menyatakan bahwa delegasi Israel justru datang tanpa kuasa penuh untuk mengambil keputusan besar, sedangkan di sisi lain, perwakilan Hamas pun belum diberikan mandat menyeluruh untuk menandatangani kesepakatan penting.

Sementara itu, Trump menunjukkan sikap percaya diri. Ia bahkan menyebut kemungkinan tercapainya kesepakatan dengan Hamas tinggal menunggu waktu.

“Saya pikir ada kemungkinan besar kita mencapai kesepakatan dengan Hamas minggu ini,” ujar Trump kepada wartawan sebelum kembali ke Washington dari New Jersey.

Trump juga menyebut bahwa kesepakatan tersebut mungkin mencakup pembebasan sejumlah sandera yang masih ditahan oleh kelompok bersenjata di Gaza. Hingga kini, dari total 251 sandera yang diculik sejak serangan Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, hanya sekitar 20 orang yang diyakini masih hidup. Serangan brutal tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang.

Beberapa sandera sebelumnya telah dibebaskan melalui jalur negosiasi diplomatik, sementara sebagian lainnya berhasil dibebaskan lewat operasi penyelamatan militer.

Tekanan terhadap Netanyahu dari dalam negeri semakin memuncak. Gelombang unjuk rasa terus membanjiri alun-alun kota Tel Aviv. Pada Sabtu malam, ribuan warga Israel turun ke jalan, membawa bendera nasional dan poster bergambar wajah para sandera, menuntut penyelesaian konflik dan kembalinya para warga yang ditawan.

Di sisi lain, tragedi kemanusiaan di Gaza kian memburuk. Data dari Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 57.000 nyawa warga sipil melayang akibat operasi militer Israel. Dampaknya tak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga menebar kelaparan, mengusir jutaan penduduk dari rumah mereka, serta menghancurkan berbagai fasilitas vital di wilayah yang sudah lama terjepit blokade.

Meski dalam pernyataan resminya Hamas menyatakan telah memberikan respons positif atas proposal gencatan senjata yang difasilitasi oleh AS dan Qatar, respons dari kantor Netanyahu justru sebaliknya. Pemerintah Israel menilai revisi yang diajukan oleh Hamas mengandung elemen yang “tidak dapat diterima oleh Israel”. Namun, Netanyahu memastikan bahwa delegasi Israel akan tetap kembali ke Qatar untuk melanjutkan upaya diplomasi.

Di luar isu Gaza, kunjungan Netanyahu ke Negeri Paman Sam juga menyimpan agenda strategis lain. Ia menegaskan bahwa pertemuan dengan Trump tak lepas dari upaya memperkuat barisan melawan Iran, terlebih setelah ketegangan militer meningkat pasca-konflik udara selama hampir dua pekan.

“Kami akan berusaha memastikan bahwa Teheran tidak pernah memiliki senjata nuklir,” ujar Netanyahu, seraya menambahkan bahwa situasi geopolitik terbaru di kawasan Timur Tengah membuka peluang bagi Israel untuk memperluas lingkaran perdamaian.

Kini, dunia menatap pertemuan Netanyahu dan Trump dengan harapan dan kekhawatiran sekaligus. Apakah perbincangan dua tokoh berpengaruh ini akan menyalakan lilin harapan di tengah kegelapan perang, atau justru memperpanjang bayang-bayang konflik di wilayah yang tak kunjung damai?

Also Read

Tags

Leave a Comment