Hidup Kim Keon Hee, mantan Ibu Negara Korea Selatan, kini memasuki babak yang tak pernah ia bayangkan. Dari seorang figur publik yang kerap terlihat mendampingi suaminya di acara kenegaraan, ia kini harus menjalani hari-harinya di sel tahanan, terpisah dari gemerlap kehidupan istana.
Kim resmi ditangkap atas dugaan manipulasi saham dan tindak pidana korupsi. Penahanannya dilakukan setelah jaksa mengantongi surat perintah resmi.
“Surat perintah penangkapan terhadap Kim telah dikeluarkan,” kata jaksa penuntut dalam pernyataan singkat yang dilaporkan Yonhap dan dikutip AFP, Rabu (13/8/2025).
Keputusan tersebut diambil beberapa jam usai Pengadilan Distrik Pusat Seoul meninjau permintaan penahanan dari pihak kejaksaan. Hakim mengabulkan dengan pertimbangan adanya potensi perusakan barang bukti.
Penangkapan ini menjadi catatan kelam dalam sejarah Korea Selatan. Untuk pertama kalinya, negeri ginseng memiliki mantan presiden dan mantan ibu negara yang sama-sama berada di balik jeruji.
Jerat Hukum yang Menggunung
Kim dihadapkan pada tuduhan melanggar undang-undang pasar modal, investasi keuangan, serta aturan pendanaan politik. Dalam dakwaan, ia disebut bersekongkol dengan para trader untuk memanipulasi harga saham sebuah perusahaan pada periode 2009 hingga 2012.
Nama Kim juga kembali menjadi sorotan publik setelah video tahun 2022 beredar, menunjukkan dirinya menerima tas tangan mewah merek Dior dari seorang penggemar saat sang suami masih menjabat presiden. Hadiah itu diduga menyalahi undang-undang antikorupsi Korea Selatan.
Tak berhenti di situ, Kim dituding mencampuri proses pencalonan anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang dipimpin Yoon Suk Yeol kala itu—sebuah tindakan yang dianggap melanggar hukum pemilu di negeri tersebut.
Permintaan Maaf di Tengah Badai Kasus
Di tengah sorotan dan kritik, Kim menyampaikan permohonan maafnya kepada publik, seraya berjanji bekerja sama dengan aparat hukum.
“Saya dengan tulus meminta maaf karena telah menimbulkan masalah meskipun saya bukan orang penting. Saya akan bekerja sama sepenuhnya dalam penyelidikan ini,” ucapnya.
Kantor Partai Yoon Ikut Digeledah
Sehari setelah Kim ditangkap, jaksa Korea Selatan melakukan penggeledahan di kantor pusat PPP. Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan bukti terkait dugaan campur tangan Kim dalam pencalonan anggota parlemen partai tersebut.
Yoon Suk Yeol sendiri mundur dari PPP pada Mei lalu, setelah dicopot dari kursi presiden akibat deklarasi darurat militer pada 3 Desember tahun lalu yang mengguncang politik nasional. Meski sudah tak memimpin partai, ia tetap menyatakan dukungannya pada calon presiden dari PPP dalam pemilihan dadakan yang dimenangkan Lee Jae Myung dari Partai Demokrat.
Penggeledahan ini memantik reaksi keras dari pihak oposisi. Pemimpin PPP, Song Eon Seog, menuding langkah tersebut sebagai bentuk intimidasi politik.
“Saya tidak dapat menahan kemarahan saya atas penindasan politik dan pembalasan kejam yang dilakukan pemerintahan Lee Jae Myung terhadap oposisi, yang dipelopori oleh jaksa penuntut khusus,” ujarnya dalam konferensi pers.
Bayang-Bayang Skandal dan Kejatuhan Pasangan Nomor Satu
Penangkapan Kim menandai jatuhnya pasangan yang pernah menduduki posisi tertinggi di Korea Selatan. Yoon, mantan Jaksa Agung, dimakzulkan pada April lalu akibat deklarasi darurat militer yang memicu kekacauan nasional, dan kini menjalani penahanan sejak 10 Juli sambil menunggu proses hukum.
Selain itu, jaksa juga menggeledah sebuah perusahaan interior yang diduga memiliki kaitan dengan Kim, terkait tuduhan favoritisme dalam renovasi kantor kepresidenan pada masa pemerintahan Yoon.
Kini, roda nasib yang dahulu membawa Kim Keon Hee ke puncak kekuasaan, berputar ke arah yang sebaliknya—membawanya dari istana presiden ke dinginnya dinding penjara.