Jumlah bioskop yang masih menayangkan A Business Proposal (2025) semakin menyusut, meskipun film tersebut baru memasuki hari ketiga penayangannya.
Adaptasi dari webtoon populer dan serial drama Korea ini kini hanya tersisa di beberapa lokasi, bahkan di akhir pekan pertamanya.
Berdasarkan pantauan pada sejumlah situs pembelian tiket bioskop, jumlah layar yang menayangkan A Business Proposal semakin berkurang per Sabtu (8/2) pukul 13.30 WIB, termasuk di kota-kota besar.
Di Jakarta, film ini hanya bertahan di lima bioskop XXI dan lima bioskop CGV, padahal jumlah total bioskop yang tersedia di ibu kota lebih dari 25 lokasi dari berbagai jaringan.
Kondisi serupa terjadi di Bandung, di mana hanya tersisa tiga bioskop yang masih menayangkan film tersebut dari belasan lokasi yang dimiliki berbagai jaringan.
Di kota-kota besar lain seperti Semarang dan Surabaya, jumlah bioskop yang masih menampilkan film ini juga terus menyusut. Kedua kota tersebut kini hanya menyisakan dua bioskop, meskipun masing-masing memiliki lebih dari 10 bioskop yang tersebar di berbagai wilayah.
Tak hanya di Pulau Jawa, tren serupa juga terjadi di luar Jawa. Di Medan, film ini kini hanya dapat disaksikan di dua lokasi, sementara beberapa jaringan bioskop besar di Balikpapan bahkan sudah tidak lagi menayangkan film ini.
Penurunan Layar Imbas Minimnya Penonton
Merosotnya jumlah layar yang menayangkan A Business Proposal tidak lepas dari performa film ini yang kurang memuaskan di dua hari pertama penayangan. Sebab, keputusan bioskop dalam mempertahankan sebuah film sangat bergantung pada jumlah penonton hari sebelumnya.
Minggu pertama penayangan menjadi fase kritis bagi sebuah film untuk bertahan di bioskop. Jika dalam beberapa hari ke depan A Business Proposal tidak menunjukkan peningkatan jumlah penonton, kemungkinan besar film ini akan lebih cepat turun layar.
Persaingan semakin ketat dengan hadirnya film lain yang sedang naik daun, seperti Petaka Gunung Gede dan 1 Kakak 7 Ponakan yang masih menarik banyak penonton.
Ditambah lagi, film Hollywood blockbuster seperti Captain America: Brave New World dijadwalkan tayang pekan depan dan berpotensi mendominasi layar bioskop.
Dampak Kontroversi Terhadap Antusiasme Penonton
Di luar faktor persaingan film, turunnya jumlah penonton A Business Proposal juga dikaitkan dengan seruan boikot dari penggemar konten Korea Selatan. Reaksi ini dipicu oleh pernyataan dan sikap salah satu pemeran utama, Abidzar Al-ghifari, yang menuai kontroversi.
Dalam sebuah sesi wawancara, Abidzar mengungkapkan bahwa dirinya hanya menonton sebagian episode pertama dari drama aslinya dan memilih untuk tidak melanjutkan karena ingin membangun karakternya sendiri.
Sikap ini dianggap kurang menghormati materi sumbernya, terutama bagi penggemar yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap adaptasi ini.
Berbeda dengan Abidzar, lawan mainnya, Ariel Tatum, justru menyatakan bahwa ia menonton versi drama sebelum mendalami perannya dalam film ini.
Selain itu, Abidzar juga menjadi sasaran kritik setelah menyebut penggemar sebagai “fanatik” dalam sebuah siniar. Istilah tersebut dinilai sensitif oleh komunitas penggemar Hallyu, karena dianggap sebagai stereotipe yang merendahkan.
Tidak berhenti di situ, dalam kesempatan lain Abidzar menyatakan bahwa ia tidak peduli dengan kritik yang diterimanya, bahkan dengan terang-terangan mengatakan bahwa para pengkritiknya “enggak bakal diundang nanti di premier”.
Pernyataan-pernyataan tersebut memicu reaksi keras, dengan banyak penggemar yang menyerukan boikot terhadap film ini.
Meski akhirnya Abidzar dan Falcon merilis permintaan maaf secara terbuka, banyak penggemar yang menilai pernyataan tersebut kurang tulus karena lebih menyoroti kontribusi kru film daripada kesalahan yang dilakukan.
Seiring dengan menurunnya jumlah layar yang menayangkan A Business Proposal, nasib film ini di bioskop tampaknya semakin tidak menentu.
Jika tren penonton tidak segera meningkat, film ini bisa saja turun layar lebih cepat dari yang diperkirakan.