Pasar modal Tanah Air kembali dihiasi warna merah dalam dua hari terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergulir ke zona negatif, salah satunya dipengaruhi keraguan pelaku pasar terhadap dinamika politik di lingkaran Presiden Prabowo Subianto, khususnya terkait reshuffle kabinet.
Sorotan utama tertuju pada kursi Menteri Keuangan yang kini tidak lagi ditempati Sri Mulyani Indrawati. Presiden Prabowo resmi menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa sebagai penerusnya, keputusan yang langsung menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan investor maupun pengamat ekonomi.
Menghadapi kegelisahan itu, Purbaya mencoba memberikan sinyal ketenangan setelah mengikuti rapat kabinet terbatas di Istana Negara, Jakarta, pada Selasa (9/9/2025).
“Yang jelas kita tidak akan ambil kebijakan fiskal yang aneh-aneh,” ujarnya menegaskan bahwa arah kebijakan tetap berada di jalur rasional.
RAPBN 2026: Penerimaan dan Belanja
Pemerintah saat ini tengah mematangkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026. Dalam rancangan tersebut, negara menargetkan penerimaan mencapai Rp3.147 triliun, sementara rencana belanja dipatok Rp3.786,5 triliun. Perbedaan antara keduanya menimbulkan defisit sekitar Rp638,8 triliun atau setara 2,48 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Purbaya menjelaskan, instrumen fiskal yang ada akan menjadi kunci untuk menjaga denyut ekonomi tetap stabil. Ia menekankan bahwa pengelolaan anggaran akan diarahkan pada percepatan realisasi belanja agar efek domino ke sektor riil bisa lebih terasa.
“Jadi ke depan expect sistem finansial kita akan lebih liquid untuk membiayai pertumbuhan ekonomi dan program pemerintah akan berjalan cepat dibandingkan sebelumnya,” terangnya.
Defisit Tak Lebih dari 3%
Sejalan dengan aturan hukum yang berlaku, Purbaya memastikan defisit anggaran tidak akan melewati ambang batas 3 persen terhadap PDB, sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang Keuangan Negara.
“Kita akan ikutin UU yang ada. Itu kan bukan keputusan saya, itu keputusan pemerintah secara keseluruhan,” tegasnya.
Dengan sikap ini, Purbaya berusaha menunjukkan bahwa dirinya bukan datang membawa gebrakan yang penuh kejutan, melainkan melanjutkan rel kereta kebijakan yang sudah dipatok sebelumnya.
Belajar dari Pendahulu
Menariknya, meskipun kini memegang kendali kementerian strategis, Purbaya tetap menunjukkan sikap rendah hati. Ia mengaku tidak akan segan bertanya pada pendahulunya, Sri Mulyani Indrawati, yang dikenal sebagai figur berpengaruh di bidang fiskal.
“Tapi saya bilang ke Bu Sri Mulyani tadi, saya akan bertanya ke dia dari waktu-waktu dan dia bersedia. Bersedia ngajarin saya,” pungkasnya.
Menenangkan Pasar
Langkah Purbaya dapat dianalogikan sebagai nahkoda baru di kapal besar bernama perekonomian Indonesia. Di tengah ombak ketidakpastian pasar global dan riak politik domestik, ia berusaha menegaskan bahwa kapal ini tidak akan dibelokkan ke arah yang ekstrem. Pesan utamanya sederhana: perjalanan akan tetap mengikuti peta yang sudah disusun, tanpa ada manuver tiba-tiba yang bisa mengguncang stabilitas.
Dengan kepastian itu, investor diharapkan kembali menaruh kepercayaan, sementara publik bisa menunggu bagaimana kebijakan fiskal berikutnya dijalankan di bawah kepemimpinannya.