Harga Emas Berpotensi Melonjak Akibat Manuver Trump dan Sikap Powell

Sahrul

Harga emas internasional diperkirakan akan mengalami lonjakan selama sepekan ke depan, dipicu oleh kombinasi berbagai faktor fundamental dan geopolitik yang tengah bergolak. Ketegangan antara pemerintah Amerika Serikat dan otoritas moneter negara tersebut, yaitu The Federal Reserve (The Fed), turut menjadi sorotan utama yang memengaruhi dinamika pasar.

Ketegangan itu sendiri memberi dampak terhadap penguatan nilai tukar dolar AS. Menurut analis pasar mata uang, Ibrahim Assuaibi, kondisi perekonomian Negeri Paman Sam yang relatif solid dengan inflasi yang berada di kisaran 2,7% mendorong The Fed untuk tetap mempertahankan kekuatan dolar. Namun di sisi lain, munculnya isu pemakzulan terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell, yang didorong oleh Partai Republik, memperkeruh suasana.

“Kita harus tahu bahwa Bank Sentral Amerika itu independen, bukan hanya Bank Sentral di Amerika, secara global itu juga independen. Pada saat pemerintah sebagai eksekutif ikut campur urusan bank sentral, ini yang membuat masyarakat kembali mencari aset yang aman, yaitu adalah logam mulia sebagai safe haven,” ungkap Ibrahim dalam keterangannya, Minggu (20/7/2025).

Fenomena campur tangan pemerintah terhadap otoritas moneter seperti The Fed ibarat menyeret wasit ke dalam pertandingan, yang justru merusak kepercayaan pasar. Akibatnya, para pelaku pasar cenderung berpindah ke aset yang dianggap aman seperti emas, sebagai bentuk perlindungan dari ketidakpastian kebijakan.

Ibrahim memproyeksikan bahwa harga emas dunia pada Senin (21/7/2025) akan bergerak pada kisaran titik support US$ 3.324 dan resistance US$ 3.375. Sedangkan untuk sepekan penuh, pergerakan diperkirakan berada di area support US$ 3.296 hingga resistance US$ 3.400.

“Ada kemungkinan besar harga emas dunia ini akan menyentuh level US$ 3.400,” terangnya.

Selain dinamika di internal AS, kekhawatiran terhadap potensi peningkatan utang pemerintah Amerika juga menjadi salah satu pendorong reli emas. Setelah disahkannya Undang-Undang tentang Pembaruan Tarif, pasar menilai pemerintah AS kemungkinan akan mencari tambahan pinjaman hingga menembus angka US$ 3 triliun.

“Ini yang kemungkinan besar akan membuat para investor pun juga kembali melarikan dananya ke safe haven,” ujarnya.

Sementara itu, dari sisi kebijakan luar negeri, Presiden Donald Trump baru-baru ini mengeluarkan keputusan tarif tambahan sebesar 10% untuk negara-negara anggota BRICS. Kebijakan tersebut dijadwalkan mulai berlaku awal Agustus 2025. Tak hanya itu, Trump juga menetapkan bea masuk sebesar 50% untuk Brasil sebagai respons atas tuduhan praktik dagang yang dianggap merugikan.

“Ini yang akan memanaskan situasi sehingga dolar mengalami penguatan dan harga emas dunia mengalami penguatan. Di sisi lain Eropa sepakat untuk memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia. Kita tahu bahwa sebelumnya Trump berjanji akan menerapkan sanksi sebesar 100% (untuk Rusia) tetapi sampai saat ini belum ada satu keputusan pasti Tetapi Eropa sendiri telah memberikan sanksi berupa, Eropa kemungkinan besar tidak akan mengimpor minyak mentah dan gas alamnya dari Rusia,” imbuhnya.

Kendati negara-negara Eropa telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, agresi militer negara tersebut terhadap Ukraina belum juga surut. Keadaan ini kian menambah kekhawatiran investor global. Ketegangan yang membara antara Israel dan Hamas di Timur Tengah juga memperkuat dorongan pasar terhadap logam mulia.

“Di minggu besok, kalau saya lihat secara teknikal baik daily maupun weekly, harga emas dunia masih akan terus mengalami kenaikan kemungkinan tembus di level US$ 3.400,” tutupnya.

Dengan banyaknya ketidakpastian di berbagai belahan dunia, logam mulia kembali menunjukkan perannya sebagai pelindung nilai yang handal. Seperti mercusuar di tengah badai, emas menjadi pelarian aman ketika pasar dilanda guncangan ekonomi, politik, dan geopolitik.

Also Read

Tags