Bursa saham Indonesia kembali mengalami tekanan selama sepekan terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang menjadi tolok ukur kinerja pasar modal domestik, terlihat tak kuasa menahan arus deras ketidakpastian yang menghantam lantai bursa. Sepanjang periode perdagangan 23–26 Juni 2025, IHSG terpantau mengalami penurunan dibandingkan posisi penutupan pekan sebelumnya.
Secara persentase, IHSG mencatat pelemahan tipis sebesar 0,14%. Pada penutupan perdagangan Kamis (26/6/2025), indeks ditutup di level 6.897,40—tergelincir dari posisi 6.907,13 yang tercatat pekan lalu. Walau secara harian masih terjadi pembelian bersih dari investor asing, secara keseluruhan pasar modal Indonesia tetap mencatat tren keluar dana asing sepanjang tahun berjalan.
Dana Asing Terbang, IHSG Keok
Meski pada Kamis tercatat adanya aksi beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp 2,02 triliun, secara kumulatif investor global justru banyak menarik dananya dari bursa saham nasional. Arus modal keluar (capital outflow) sepanjang 2025 telah mencapai puluhan triliun rupiah.
“Sepanjang tahun 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp 53,210 triliun,” jelas P. H Sekretaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Aulia Noviana Utami Putri dalam keterangan tertulisnya, dikutip Sabtu (28/6/2025).
Fenomena ini ibarat air surut yang meninggalkan karang-karang ekonomi domestik terpampang. Walau ada sedikit pasang dari net buy harian, nyatanya limpahan dana asing masih cenderung mengering.
Pasar Lesu: Kapitalisasi dan Volume Turun
Tak hanya indeks yang melemah, kapitalisasi pasar juga ikut menyusut. Nilai total perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia mengalami koreksi tipis, turun 0,01% dari Rp 12.099 triliun menjadi Rp 12.098 triliun.
Lemahnya minat pelaku pasar tercermin dari penurunan signifikan pada sisi transaksi. Jumlah rata-rata frekuensi transaksi harian anjlok sebesar 8,68%, dari sebelumnya 1,30 juta kali transaksi menjadi hanya 1,19 juta transaksi dalam sehari selama periode pekan ini.
Tak berhenti di situ, volume perputaran saham pun ikut surut. Rata-rata volume transaksi harian berkurang 9,30% menjadi 22,13 miliar lembar saham, turun dari 24,41 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya. Angka ini menunjukkan geliat perdagangan yang melemah, seolah-olah pasar sedang memasuki musim kemarau likuiditas.
Tak hanya volume dan frekuensi, nilai transaksi juga mengalami erosi cukup tajam. Perputaran dana yang terjadi selama sehari kini mengalami penyusutan yang cukup berarti.
“Rata-rata nilai transaksi harian BEI selama sepekan mengalami perubahan yaitu sebesar 12,35% menjadi Rp 13,15 triliun dari Rp 15,00 triliun pada pekan sebelumnya,” imbuhnya.
Sinyal Pasar: Awas Waspada, Tapi Belum Panik
Fenomena penarikan modal asing ini bisa diartikan sebagai sinyal kehati-hatian investor global terhadap dinamika ekonomi dalam negeri maupun faktor eksternal, seperti gejolak geopolitik dan ketidakpastian suku bunga global. Meski IHSG belum mengalami penurunan drastis, tren pelemahan ini menunjukkan pasar sedang berada di persimpangan: antara peluang akumulasi atau ancaman koreksi lanjutan.
Dengan semakin banyaknya dana asing yang “angkat kaki”, investor domestik diharapkan mampu mengambil peran lebih besar sebagai penopang utama likuiditas pasar. Jika tidak, IHSG bisa terus tergelincir, meninggalkan ruang kosong yang sebelumnya diisi oleh modal global.