Inilah Proyeksi Harga Emas Terbaru dari Lembaga Internasional

Sahrul

Harga emas dunia yang sempat melambung tinggi kini mulai merosot setelah nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat. Penguatan ini dipicu oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyebut tarif skala penuh terhadap China tidak akan berlangsung lama, sehingga ketegangan dagang sedikit mereda dan pelaku pasar mulai mengubah strategi investasinya.

Pada awal perdagangan Senin (20/10/2025) hingga pukul 06.00 WIB, harga emas dunia di pasar spot naik tipis 0,16% ke posisi US$4.255,37 per troy ons. Namun, pergerakan ini belum mampu menutupi penurunan tajam yang terjadi pada Jumat (17/10/2025), di mana harga emas sempat terjun 1,77% ke level US$4.248,73 per troy ons. Sebelumnya, emas bahkan sempat mencapai puncaknya di US$4.378,69 per troy ons sebelum jatuh ke titik terendah intraday di US$4.186,28 per troy ons.

Penurunan ini terasa kontras karena logam mulia tersebut baru saja menikmati reli lima hari berturut-turut—ibarat matahari yang bersinar terik sebelum akhirnya tertutup awan tebal. Salah satu pemicu pelemahan emas adalah menguatnya indeks dolar AS sebesar 0,10% ke level 98,43 setelah tiga hari berturut-turut mengalami pelemahan. Penguatan dolar membuat emas—yang dihargai dalam dolar—terasa lebih mahal bagi pembeli internasional.

Awalnya, emas diprediksi akan mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak krisis finansial global 2008, ketika kejatuhan Lehman Brothers memicu kepanikan pasar. Namun, komentar Trump menjadi angin berbalik arah bagi pasar logam mulia.

“Saya pikir nada Trump yang lebih lunak sejak pengumuman awal tarif 100% telah sedikit meredakan ketegangan dalam perdagangan logam mulia,” ujar Tai Wong, seorang pedagang logam independen.

Trump juga mengonfirmasi akan bertemu dengan pemimpin China, yang membuat pasar menilai ketegangan dagang kedua negara bisa mereda. Sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian, emas telah melonjak lebih dari 64% sepanjang tahun ini, didorong ketegangan geopolitik, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, arus masuk dana ETF emas, serta ekspektasi penurunan suku bunga AS.

“Kami memperkirakan harga emas rata-rata US$4.488 per troy ons pada tahun 2026, dan melihat risiko kenaikan lebih lanjut dari faktor-faktor struktural yang lebih luas yang mendukung pasar,” ujar Suki Cooper, kepala riset komoditas global di Standard Chartered Bank.

Pasar kini menunggu sinyal kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan akan memangkas 25 basis poin pada Oktober dan kembali memangkas pada Desember. Di sisi lain, permintaan fisik di Asia juga tetap kokoh, terutama di India yang mencatat premi tertinggi dalam satu dekade menjelang musim festival.

Ramalan Harga Emas: Potensi Sentuh US$5.000

Bank HSBC turut memperbarui proyeksi harga emasnya pada Jumat (17/10/2025). Lembaga keuangan global ini menaikkan target rata-rata tahun 2025 sebesar US$100 menjadi US$3.455 per troy ons, dengan faktor utama berupa ketidakpastian ekonomi, ketegangan geopolitik, dan pelemahan dolar AS. Bahkan, HSBC memperkirakan harga emas dapat menyentuh US$5.000 pada 2026.

HSBC menilai pergerakan kali ini berbeda dengan reli sebelumnya. Banyak investor baru yang masuk ke pasar emas diperkirakan akan bertahan meski harga mulai stabil—bukan semata-mata karena mengejar keuntungan jangka pendek, melainkan melihat emas sebagai diversifikasi portofolio dan aset pelindung dari risiko krisis.

Kenaikan harga emas pada pekan lalu menjadi yang tertinggi sejak Desember 2008. Ketidakpastian global dan spekulasi pemangkasan suku bunga menjadi dua kunci yang mendorong investor untuk mengalihkan dananya ke logam mulia, bak pelarian ke “benteng aman” di tengah badai ekonomi.

ANZ, bank besar lainnya, juga memperkirakan harga emas dapat menyentuh puncaknya di kisaran US$4.600 per troy ons pada pertengahan 2026. Setelahnya, harga diproyeksi menurun secara perlahan seiring kebijakan pelonggaran The Fed mereda dan pertumbuhan ekonomi AS kembali stabil.

Harga Perak Ikut Terseret

Bukan hanya emas yang terpukul. Perak juga mengalami tekanan besar setelah sempat menyentuh rekor tertingginya. Pada Jumat (17/10/2025), harga perak di pasar spot anjlok 4,38% ke level US$51,85 per troy ons, setelah sebelumnya menyentuh US$54,47 per troy ons. Dalam perdagangan intraday, perak sempat jatuh hingga US$50,59 per troy ons.

Namun, pada Senin (20/10/2025) pagi, harga perak mulai merangkak naik tipis 0,02% ke level US$51,86 per troy ons. Kenaikan ini memberi sedikit napas bagi pasar logam berharga, meskipun tekanan dari penguatan dolar dan ekspektasi kebijakan moneter global masih membayangi.

Kesimpulannya, pasar emas tengah berada dalam fase “tarik-menarik” antara ketidakpastian global yang mendukung penguatan harga dan tekanan dolar AS yang menahan reli. Para investor kini menanti langkah The Fed, yang akan menjadi kompas utama arah harga emas ke depan. Jika proyeksi lembaga-lembaga besar benar, maka emas masih menyimpan potensi untuk kembali berkilau pada tahun mendatang.

Also Read

Tags