Israel Diserang Rudal oleh Negara Arab, Warga Panik Saat Sirene Mengaung

Sahrul

Ketegangan kawasan Timur Tengah kembali meningkat setelah rudal yang diluncurkan dari wilayah Yaman dilaporkan menuju Israel pada Kamis pagi, 10 Juli 2025. Militer Israel (IDF) menyatakan berhasil menggagalkan serangan tersebut, meski suara sirene sempat menggema di sejumlah titik.

Ledakan peringatan dari sistem pertahanan udara terdengar di langit Israel sebagai respons atas ancaman lintas batas tersebut. Dalam pernyataan resminya melalui platform media sosial X, militer menyampaikan:

“Setelah sirene yang berbunyi beberapa saat yang lalu di beberapa wilayah di Israel, sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman berhasil dicegat,” tulis militer.

Rudal ini diyakini berasal dari kelompok Houthi di Yaman, faksi bersenjata yang memiliki hubungan erat dengan Iran dan telah menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut dalam konflik berkepanjangan. Serangan ini terjadi setelah Israel melakukan serangkaian serangan udara terhadap sasaran Houthi di Yaman dalam beberapa hari terakhir.

Salah satu target serangan Israel adalah pelabuhan strategis Hodeidah. Pelabuhan ini menjadi pusat perhatian sejak kelompok Houthi memulai aksi ofensif terhadap kapal-kapal Israel dan asing yang melintas di Laut Merah dan Teluk Aden, sebagai respons atas pecahnya konflik di Gaza pada Oktober 2023. Aksi balasan tersebut disebut-sebut sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina, terutama di tengah krisis kemanusiaan yang berlangsung di wilayah Gaza.

Houthi Gencarkan Serangan Laut

Kawasan Laut Merah kembali memanas. Pada Senin lalu, juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengungkapkan bahwa mereka telah menargetkan kapal pengangkut barang bernama Eternity C. Kapal tersebut dikabarkan dalam perjalanan menuju pelabuhan Eilat, Israel.

Dalam pernyataan resminya, Saree menyebut:

Eternity C telah diserang pada Senin dan kemudian tenggelam pada Selasa.

Aksi ini disebut sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan warga Palestina di Gaza. Saree juga menyampaikan ancaman yang ditujukan kepada perusahaan-perusahaan yang tetap menjalin kerja sama dagang dengan Israel.

Saree pun kembali memperingatkan perusahaan-perusahaan yang bertransaksi di pelabuhan Israel bahwa kapal mereka akan menjadi sasaran. Ini akan dilakukan hingga Israel terpaksa “mencabut pengepungan” di Gaza dan mengakhiri perang.

Ancaman tersebut bukan sekadar retorika. Pada hari yang sama, Houthi juga mengaku telah menaiki dan menenggelamkan kapal lain bernama Magic Seas, karena pemilik kapal dinilai memiliki keterkaitan bisnis dengan pelabuhan Israel. Aksi-aksi seperti ini telah berdampak langsung terhadap jalur pelayaran internasional.

Rantai Perdagangan Dunia Ikut Terguncang

Serangan demi serangan oleh kelompok Houthi di jalur Laut Merah memaksa banyak perusahaan pelayaran dunia mengambil langkah ekstrem. Banyak kapal dagang memilih untuk tidak melintasi jalur strategis itu dan memutar jauh melalui Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika. Ini adalah jalur yang lebih panjang dan memakan waktu, namun dianggap lebih aman.

Sebagai gambaran, Laut Merah selama ini mengangkut sekitar 12 persen perdagangan global, menjadikannya salah satu urat nadi ekonomi dunia. Ketika jalur tersebut terganggu, dampaknya bisa terasa pada rantai pasokan global, harga energi, hingga pengiriman barang ke seluruh dunia.

Kondisi ini menambah dimensi baru dalam konflik Israel dengan Houthi, memperluas arena pertempuran dari daratan ke lautan, dan dari konflik regional ke potensi gangguan ekonomi global.

Also Read

Tags

Leave a Comment