Israel Intensifkan Serangan, Bangunan Tinggi Gaza Rata dengan Tanah

Sahrul

Ketegangan di Gaza kembali meningkat tajam setelah militer Israel menjadikan gedung-gedung pencakar langit sebagai sasaran terbaru serangan udara. Pada Jumat (5/9/2025), sebuah bangunan tinggi di jantung Kota Gaza luluh lantak hanya beberapa jam setelah Israel mengumumkan akan mengincar infrastruktur yang dituding digunakan kelompok Hamas.

Menurut laporan AFP, Sabtu (6/9/2025), serangan ini menandai eskalasi baru. Israel bukan hanya meningkatkan intensitas serangan udara, tetapi juga mengerahkan pasukan cadangan dengan tujuan mendekati Kota Gaza — pusat kehidupan sekaligus kota terbesar di wilayah Palestina.

Israel Akui Sasar Gedung Tinggi

Dalam pernyataan resmi, militer Israel mengungkapkan alasannya menyasar bangunan-bangunan menjulang di Gaza.

Mereka menyebut telah “mengidentifikasi aktivitas teroris Hamas yang signifikan di berbagai lokasi infrastruktur di Kota Gaza, dan khususnya di gedung-gedung tinggi”, sembari menegaskan bahwa lokasi-lokasi itu akan menjadi target “dalam beberapa hari mendatang”.

Tak lama berselang, Israel mengumumkan sudah mengeksekusi serangan ke salah satu menara tersebut. Gedung itu disebut digunakan Hamas untuk melancarkan serangan terhadap pasukan Israel di sekitar area pertempuran.

Menara Mushtaha Ambruk

Sasaran pertama adalah Menara Mushtaha, yang berdiri di kawasan Al-Rimal. Rekaman lapangan menunjukkan ledakan besar menghantam bagian dasar menara, membuat bangunan tinggi itu runtuh seketika. Asap pekat bercampur debu tebal membubung ke udara, melukiskan pemandangan kehancuran di tengah kota.

Foto-foto pascabencana memperlihatkan warga Palestina menyusuri puing-puing beton dan besi, mencari sisa barang berharga maupun kemungkinan korban yang terjebak.

Militer Israel mengklaim telah memberikan peringatan sebelum serangan. Mereka menyebut adanya “tindakan pencegahan telah diambil untuk mengurangi kerugian bagi warga sipil”, termasuk instruksi evakuasi.

Namun, kesaksian warga setempat menggambarkan situasi yang mencekam.

Arej Ahmed, seorang pengungsi Palestina berusia 50 tahun yang kini tinggal di tenda di barat daya Gaza, menceritakan kepada AFP:

“Suaminya melihat penghuni Menara Mushtaha melemparkan barang-barang mereka dari lantai atas untuk mengambilnya dan melarikan diri sebelum serangan.”

Ia menambahkan,

“Kurang dari setengah jam setelah perintah evakuasi, menara itu dibom.”

Tuduhan Pengungsian Paksa

Pernyataan Israel itu langsung dimentahkan oleh pihak Palestina. Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, menuding serangan ke gedung-gedung tinggi merupakan bentuk tekanan sistematis untuk memaksa warga meninggalkan rumah mereka.

Bassal menegaskan Israel sedang melakukan “kebijakan pengungsian paksa terhadap warga sipil” dengan menjadikan menara sebagai target.

Badan pertahanan sipil juga melaporkan bahwa gelombang serangan udara Israel di Kota Gaza dan sekitarnya menewaskan sedikitnya 19 orang, dari total 32 korban jiwa di seluruh Jalur Gaza pada hari yang sama.

Gaza di Persimpangan

Serangan ke gedung-gedung tinggi menandai babak baru dalam eskalasi konflik. Bagi warga Gaza, menara-menara yang selama ini menjadi lambang kehidupan modern dan aktivitas ekonomi kini berubah menjadi simbol kehancuran.

Israel, di sisi lain, menganggap gedung-gedung itu sebagai benteng Hamas yang harus diluluhlantakkan. Tetapi bagi masyarakat sipil Palestina, bom yang menghantam bangunan menjulang itu sama saja dengan merobohkan tempat tinggal, harapan, dan rasa aman mereka.

Also Read

Tags