Bayang-bayang krisis kemanusiaan kembali menghantui Gaza. Militer Israel mengumumkan rencana operasi besar-besaran di Kota Gaza, yang diperkirakan akan mendorong eksodus hingga satu juta warga Palestina.
Mengutip laporan AFP, Kamis (4/9/2025), serangan terbaru itu dirancang sebagai langkah strategis untuk merebut kendali penuh atas wilayah Gaza. Panglima militer Israel, Eyal Zamir, menegaskan bahwa pasukannya kini telah “mengintensifkan operasi tempur”. Pernyataan tersebut menandai bahwa gelombang pertempuran berikutnya kemungkinan lebih brutal dibanding serangan-serangan sebelumnya.
Eksodus Massal Mulai Terjadi
Sebuah sumber dari COGAT, lembaga di bawah Kementerian Pertahanan Israel yang mengatur urusan sipil di wilayah Palestina, mengungkapkan bahwa puluhan ribu warga Gaza telah meninggalkan rumah mereka dalam beberapa hari terakhir.
Menurut pejabat senior tersebut, sekitar 70.000 warga telah bergerak meninggalkan wilayah utara Gaza. Dalam keterangannya kepada wartawan—dengan syarat namanya tidak disebutkan—ia menyebut bahwa otoritas Israel memperkirakan jumlah pengungsi akan meningkat drastis. “Satu juta orang” diperkirakan akan berpindah menuju bagian selatan Gaza. Kendati begitu, ia tidak menyebutkan berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga jumlah tersebut tercapai.
Gaza dalam Pusaran Pengungsian Berulang
Gaza, yang dihuni sekitar 2 juta jiwa, bagaikan sebuah wilayah kecil yang terus diguncang badai perang. Mayoritas penduduknya sudah merasakan getirnya menjadi pengungsi setidaknya sekali dalam hampir dua tahun konflik yang tak kunjung reda. Kini, ancaman gelombang pengungsian baru seakan menambah luka lama yang belum pulih.
Bagi warga Gaza, setiap dentuman bom bukan sekadar suara perang, melainkan sinyal untuk kembali meninggalkan rumah, tanah, dan kenangan yang tersisa. Skenario mengungsi berulang kali telah menjadi rutinitas yang memaksa, ibarat roda kehidupan yang terus berputar di bawah bayang-bayang konflik.
Krisis Kemanusiaan yang Membayangi
Prediksi Israel soal jutaan pengungsi menambah panjang daftar persoalan kemanusiaan di Jalur Gaza. Infrastruktur yang rapuh, akses terbatas terhadap makanan, air bersih, dan layanan kesehatan membuat warga sipil terjebak dalam situasi yang kian genting.
Meski operasi militer digadang sebagai upaya penguasaan strategis, dampak yang ditimbulkannya justru berpotensi memperburuk penderitaan masyarakat sipil. Dengan populasi yang sudah terkepung dan pilihan yang semakin sempit, setiap serangan baru hanya menambah babak panjang dalam kisah eksodus warga Gaza.