Israel Siap Gencatan Senjata Versi AS, Hamas Belum Ambil Sikap

Sahrul

Upaya internasional untuk meredakan ketegangan di Gaza memasuki babak baru, setelah Israel dikabarkan telah menyetujui rancangan gencatan senjata yang digagas oleh Amerika Serikat. Namun, langkah itu belum sepenuhnya diikuti oleh Hamas, yang menyatakan masih mempertimbangkan isi dokumen yang diajukan Washington.

Gedung Putih menyatakan bahwa pemerintah Israel telah memberikan lampu hijau terhadap proposal terbaru yang difasilitasi oleh utusan khusus AS, Steve Witkoff. Proposal itu kemudian dikirimkan ke Hamas untuk dipelajari lebih lanjut.

Namun, respons yang datang dari pihak Hamas justru mengisyaratkan adanya ketidakpuasan. Perwakilan biro politik Hamas, Bassem Naim, menyatakan bahwa dokumen yang diberikan belum memenuhi aspirasi utama kelompoknya.

“Rencana itu tidak memenuhi tuntutan rakyat kami, yang terutama adalah menghentikan perang dan kelaparan,” ujar Bassem, dikutip AFP, Jumat (30/5/2025).

Ia menambahkan bahwa pimpinan Hamas tengah mengkaji isi proposal tersebut dengan penuh kehati-hatian dan dalam semangat tanggung jawab terhadap rakyat Palestina.
“Para pemimpin gerakan sedang mempelajari tanggapan terhadap usulan tersebut dengan tanggung jawab nasional penuh,” lanjutnya.

Sementara itu, sebuah sumber yang memiliki keterkaitan langsung dengan Hamas mengungkapkan bahwa naskah usulan yang terbaru dari AS dinilai sebagai langkah mundur dibandingkan dengan dokumen serupa yang sebelumnya pernah dikirimkan oleh Witkoff. Versi terdahulu, menurutnya, berisi komitmen eksplisit dari pihak AS untuk mendorong perundingan menuju gencatan senjata permanen.

“Sulit bagi Hamas untuk menerima proposal tersebut selama tidak mencakup jaminan Amerika untuk negosiasi gencatan senjata permanen selama periode gencatan senjata sementara,” kata sumber tersebut kepada AFP.

Mengacu pada informasi dari dua pihak yang dekat dengan jalannya perundingan, usulan terkini dari Washington mengandung tawaran gencatan senjata selama 60 hari, dengan kemungkinan diperpanjang menjadi 70 hari. Selama minggu pertama, rencana tersebut mencakup pembebasan 10 orang sandera yang masih hidup dan pemulangan sembilan jenazah, yang akan ditukar dengan tahanan asal Palestina.

Pada minggu kedua, skema serupa akan kembali diterapkan, yakni pertukaran antara sandera yang masih hidup dan yang telah meninggal, dalam jumlah yang seimbang.

Menariknya, Hamas dilaporkan telah menyetujui dua kali pertukaran dalam format ini dalam pekan lalu, dengan catatan bahwa satu dilakukan pada fase awal gencatan senjata dan satu lagi dijadwalkan pada minggu terakhir periode tersebut.

Keterlibatan Steve Witkoff sebagai utusan khusus Presiden Donald Trump ke kawasan Timur Tengah menandai intensitas AS dalam memediasi konflik berkepanjangan di Gaza. Pihak Gedung Putih, lewat Sekretaris Pers Karoline Leavitt, menyampaikan bahwa Israel telah lebih dahulu menyetujui proposal itu sebelum diajukan kepada Hamas.

“Saya dapat mengonfirmasi bahwa utusan khusus Witkoff dan presiden mengajukan usulan gencatan senjata kepada Hamas, yang didukung dan disokong Israel. Israel menandatangani usulan ini sebelum dikirim ke Hamas,” tutur Leavitt, dikutip AFP.

Ia juga menekankan bahwa pembicaraan terus dilakukan secara mendalam dengan kedua belah pihak, dengan harapan bahwa perjanjian gencatan senjata di wilayah Gaza dapat segera direalisasikan.

“Saya juga dapat mengonfirmasi bahwa diskusi tersebut terus berlanjut, dan kami berharap gencatan senjata di Gaza akan terjadi sehingga kami dapat memulangkan semua sandera,” pungkasnya.

Also Read

Tags

Leave a Comment