Hubungan Jepang dan China kembali berada di ujung tegang setelah pemerintah Tokyo resmi memanggil Duta Besar (Dubes) China untuk menyampaikan protes diplomatik. Langkah itu diambil menyusul insiden udara di perairan internasional dekat Okinawa, di mana jet tempur China dituduh mengunci radar mereka ke arah pesawat-pesawat militer Jepang.
Insiden tersebut menjadi bara baru dalam hubungan kedua negara yang sudah memanas sebelumnya akibat pernyataan Perdana Menteri (PM) Jepang, Sanae Takaichi, terkait Taiwan. Pernyataan Takaichi pada bulan lalu, yang mengisyaratkan kemungkinan intervensi militer Jepang apabila Beijing menyerang Taipei, membuat Beijing bereaksi keras dan menilai ucapan tersebut sebagai pelanggaran prinsip kedaulatan.
China sendiri tetap memegang pandangan bahwa Taiwan merupakan bagian dari wilayah teritorialnya. Meski pulau itu memiliki pemerintahan demokratis yang beroperasi secara terpisah, Beijing berkali-kali menegaskan tidak mengesampingkan opsi kekuatan untuk mengambil alih kendali.
Detail Insiden Radar yang Memicu Pemanggilan Dubes
Menurut laporan otoritas Jepang yang dikutip AFP pada Senin (8/12/2025), beberapa pesawat J-15 yang diterbangkan dari kapal induk Liaoning dua kali melakukan penguncian radar terhadap jet tempur Jepang saat berada di atas wilayah udara internasional dekat Okinawa pada Sabtu (6/12). Penguncian radar tersebut dianggap sebagai tindakan agresif karena radar kendali tembakan dapat digunakan untuk memandu senjata dan mengunci target dalam operasi perang.
Meski demikian, insiden tersebut tidak menyebabkan kerusakan pesawat maupun cedera pada awak. Namun, tindakan itu dipandang sebagai bentuk eskalasi yang bisa memicu salah perhitungan, terutama di wilayah yang kerap diwarnai tensi geopolitik.
Di sisi lain, Angkatan Laut China membantah keras tuduhan tersebut. Mereka menilai klaim dari Tokyo jauh dari kenyataan dan menilai Jepang sedang membangun citra negatif China. Dalam pernyataan resmi, Beijing menyebut bahwa klaim Jepang “sepenuhnya tidak konsisten dengan fakta-fakta” dan mendesak Tokyo untuk “segera berhenti memfitnah dan mencemarkan nama baik”.
Tokyo Ajukan Protes Resmi kepada Beijing
Sebagai respons, Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Takehiro Funakoshi memanggil Dubes China, Wu Jianghao, pada Minggu (7/12). Dalam pertemuan itu, Jepang menyampaikan keberatan yang sangat tegas.
Funakoshi mengungkapkan protes tersebut sebagai “menyampaikan protes keras bahwa tindakan berbahaya tersebut sangat disesalkan”.
Kementerian Luar Negeri Jepang menambahkan bahwa pihaknya “sangat mendesak pemerintah China untuk memastikan bahwa tindakan serupa tidak terulang”.
Sementara itu, PM Takaichi menekankan bahwa Jepang akan tetap menjaga ketenangannya, namun tidak akan ragu memberikan respons yang diperlukan.
Ia menjanjikan bahwa Jepang akan “menanggapi dengan tenang dan tegas”.
Lebih lanjut, ia menegaskan pentingnya meningkatkan pengawasan, dengan mengatakan:
“Sambil memantau secara ketat pergerakan militer China di wilayah laut dan wilayah udara di sekitar negara kita, kami akan memastikan kewaspadaan dan pengawasan menyeluruh di wilayah laut dan wilayah udara di sekitar negara kita,” ucapnya.
China Keluarkan Protes Balasan
Pemanggilan Dubes China oleh Jepang rupanya langsung ditanggapi Beijing. Kementerian Luar Negeri China menyatakan bahwa mereka menolak keras protes dari Jepang dan justru mengajukan protes balasan. Dalam pernyataan yang dikutip kantor berita Xinhua, juru bicara kementerian tersebut mendesak Jepang untuk “segera menghentikan tindakan berbahaya yang mengganggu latihan dan pelatihan militer normal China”.
Dengan saling melayangkan protes ini, ketegangan antara dua kekuatan besar Asia tersebut kembali mencuat. Insiden radar ini menjadi simbol bagaimana perselisihan kedua negara bisa memicu potensi konflik yang lebih besar, terutama di wilayah sensitif seperti Laut China Timur dan sekitar Okinawa.
Untuk saat ini, dunia internasional menunggu apakah kedua pihak akan menahan diri atau justru terseret dalam siklus eskalasi baru.






