Kenali Gas DME: Energi Baru yang Siap Gantikan LPG di Indonesia

Sahrul

Pemerintah Indonesia terus melangkah maju dalam misi besar mengurangi ketergantungan pada impor energi, khususnya Liquified Petroleum Gas (LPG). Salah satu langkah strategis yang kini tengah digarap serius adalah pengembangan gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) — sebuah terobosan yang digadang-gadang menjadi bahan bakar masa depan bagi rumah tangga Indonesia.

Langkah ini bukan sekadar inovasi, melainkan bagian dari agenda besar hilirisasi sumber daya alam nasional yang diarahkan untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pengembangan DME kini telah masuk dalam 18 proyek hilirisasi prioritas nasional yang tengah dikoordinasikan pemerintah.

Sekarang, dari pra FS itu dipelajari oleh konsultan untuk finalisasi di Danantara. Dari sekian banyak, 18 project itu salah satunya adalah DME,” ujar Bahlil saat ditemui usai acara Anugerah Subroto, di Jakarta, Jumat (24/10).

Menurut Bahlil, proyek ini menjadi simbol keseriusan pemerintah untuk menata ulang peta energi Indonesia agar lebih mandiri, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Tahapan pra-Feasibility Study (pra-FS) seluruh proyek hilirisasi tersebut telah diselesaikan oleh Tim Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, lalu diserahkan kepada BPI Danantara untuk proses penyempurnaan berikutnya.

Apa Itu Gas DME dan Mengapa Jadi Andalan Baru?

Mengutip data dari laman resmi Kementerian ESDM, Dimethyl Ether (DME) merupakan senyawa eter paling sederhana yang mengandung oksigen dengan rumus kimia CH₃OCH₃. Zat ini berbentuk gas, namun memiliki karakteristik pembakaran yang jauh lebih cepat dibandingkan LPG.

Secara ilmiah, DME memiliki kandungan panas sebesar 7.749 Kcal/Kg, sedikit lebih rendah dari LPG yang mencapai 12.076 Kcal/Kg. Namun karena massa jenis DME lebih tinggi, perbandingan efisiensinya relatif seimbang, yakni sekitar 1 banding 1,6. Artinya, walau kalori per kilogramnya lebih rendah, volume gas yang digunakan bisa menutupi selisih tersebut.

Lebih dari itu, DME memiliki keunggulan yang membuatnya kian diminati dalam skema energi hijau. Senyawa ini mudah terurai di udara, sehingga tidak merusak lapisan ozon dan mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 20 persen. Dalam konteks global yang sedang gencar menghadapi perubahan iklim, inovasi ini menjadi langkah nyata Indonesia menuju energi bersih dan berkelanjutan.

Ramah Lingkungan dan Aman Digunakan

Kualitas pembakaran DME juga terbilang unggul. Gas ini menghasilkan nyala api berwarna biru yang lebih stabil, tidak menimbulkan particulate matter (PM) maupun NOx, serta bebas dari sulfur — zat penyebab pencemaran udara. Dengan kata lain, dapur rumah tangga yang menggunakan DME tidak hanya lebih hemat, tetapi juga lebih sehat bagi lingkungan.

Kementerian ESDM melalui Balitbang ESDM telah melakukan serangkaian uji terap pemakaian DME 100 persen di Kota Palembang dan Muara Enim pada Desember 2019 hingga Januari 2020. Sebanyak 155 kepala keluarga menjadi peserta uji coba ini, dan hasilnya menunjukkan penerimaan masyarakat yang sangat baik.

Selain itu, pengujian serupa dengan campuran DME 20 persen, 50 persen, dan 100 persen juga dilakukan di Kecamatan Marunda, Jakarta, pada tahun 2017 terhadap 100 kepala keluarga.

Hasil pengujian tersebut menegaskan bahwa penggunaan DME tidak membutuhkan adaptasi rumit bagi masyarakat. Kompor mudah dinyalakan, api stabil, mudah diatur, dan berwarna biru terang. Hanya saja, waktu memasak memang sedikit lebih lama dibandingkan LPG, sebuah konsekuensi kecil dari karakter pembakarannya yang berbeda.

Langkah Menuju Swasembada Energi Nasional

Melalui proyek gasifikasi batu bara ini, pemerintah berharap Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya domestik secara maksimal. DME diproyeksikan menjadi benteng kemandirian energi nasional, menggantikan ketergantungan terhadap LPG impor yang selama ini membebani anggaran subsidi negara.

Selain aspek ekonomi, pengembangan DME juga menjadi simbol transformasi menuju ekosistem energi bersih dan berkelanjutan. Pemerintah berharap, proyek ini tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga membuka peluang industri baru di sektor hilir batu bara, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat ketahanan energi nasional.

Dengan fondasi riset dan uji coba yang matang, serta dukungan kebijakan hilirisasi yang kuat, gas DME kini menjadi bintang baru dalam langit transisi energi Indonesia — sinyal bahwa negeri ini siap beralih dari ketergantungan menuju kemandirian energi yang lebih hijau dan berdaulat.

Also Read

Tags