Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, melontarkan kecaman tajam terhadap Israel atas tindakan brutal militernya di Gaza. Ia menyoroti insiden tragis ketika warga Palestina kehilangan nyawa hanya karena berusaha mendapatkan sekotak makanan untuk bertahan hidup. Dalam pernyataannya, Khamenei menyebut kekejaman itu sebagai “genosida murahan yang dihitung dengan presisi Barat.”
“Ini adalah bentuk genosida murahan yang dihitung dengan presisi Barat,” kata Khamenei lewat unggahan di Telegram, seperti dikutip dari Al-Jazeera, Minggu (13/7/2025).
Khamenei menggambarkan situasi di Gaza sebagai dilema kemanusiaan yang tragis. Menurutnya, rakyat Palestina dipaksa menghadapi pilihan yang mustahil: meregang nyawa akibat kelaparan atau mati diterjang peluru saat mencoba mendapatkan bantuan logistik.
“Sebuah bangsa yang pernah mati di bawah bom senilai ratusan ribu dolar kini mati di antrean makanan akibat peluru yang harganya hanya beberapa dolar,” ujar Khamenei.
Gaza: Dari Langit yang Mengguncang, ke Antrean yang Mematikan
Gambaran suram yang dilukiskan Khamenei bukan tanpa dasar. Pada Jumat (11/7) lalu, sedikitnya 10 warga Palestina dilaporkan tewas tertembak saat berada di titik distribusi bantuan pangan di Gaza selatan, dekat kota Rafah. Korban-korban ini menambah panjang daftar warga sipil yang meregang nyawa dalam upaya mendapatkan kebutuhan pokok.
Menurut catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejak akhir Mei hingga 7 Juli, telah tercatat 798 orang tewas saat mencari bantuan, termasuk 615 jiwa yang kehilangan nyawa di sekitar lokasi yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) — sebuah lembaga yang baru-baru ini dibentuk dengan dukungan Amerika Serikat dan Israel.
Lembaga GHF ini disebut telah menggantikan peran utama PBB dalam mendistribusikan bantuan, namun menuai kritik karena dianggap memiliki keterkaitan dengan strategi militer Israel. PBB sendiri menolak bekerja sama dengan GHF karena kekhawatiran akan konflik kepentingan dan integritas netralitas bantuan kemanusiaan.
Antrean yang Menjadi Target
Situasi menjadi lebih ironis saat bantuan — yang seharusnya membawa harapan — justru menjadi pemicu kematian. Banyak laporan menyebut bahwa pasukan Israel kerap melepaskan tembakan ke arah warga yang tengah mengantre bantuan.
Pernyataan tegas juga datang dari juru bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB, Ravina Shamdasani, yang menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kondisi tersebut.
“Ketika orang-orang mengantre untuk mendapatkan pasokan penting seperti makanan dan obat-obatan, dan ketika… mereka memiliki pilihan antara ditembak atau diberi makan, ini tidak dapat diterima,” kata Ravina Shamdasani kepada wartawan di Jenewa, Swiss, dikutip dari AFP, Sabtu (12/7).
Kemanusiaan yang Terkubur di Tengah Pasir Konflik
Dalam medan yang retak oleh peluru dan sunyi oleh kehilangan, Gaza tak hanya menghadapi perang senjata, tetapi juga perang logistik dan nilai-nilai kemanusiaan. Bantuan yang datang terlambat kerap disambut dengan hujan peluru, menjadikan antrean sebagai ladang maut, bukan garis harapan.
Sementara dunia memperdebatkan politik dan strategi, warga Gaza terus memilih antara lapar yang mencekik atau bahaya yang mengintai. Dan dalam kekacauan itu, suara Khamenei menjadi salah satu seruan yang menggema, menyebut tragedi ini dengan satu kata: genosida.