Lee Jae-myung Resmi Jadi Presiden Korea Selatan Gantikan Yoon Suk Yeol

Sahrul

Setelah melewati periode ketidakpastian politik, Korea Selatan akhirnya memiliki pemimpin baru. Komisi Pemilihan Umum Nasional (CEN) secara resmi mengumumkan kemenangan Lee Jae-myung, tokoh dari Partai Demokrat, yang kini bersiap menduduki kursi tertinggi di pemerintahan menggantikan Yoon Suk Yeol, presiden sebelumnya yang dilengserkan akibat kegagalan menerapkan kebijakan darurat militer.

“Komisi Pemilihan Umum Nasional dengan ini mendeklarasikan Lee Jae-myung dari Partai Demokrat sebagai presiden terpilih,” ujar Ketua Komisi Pemilihan Umum Nasional Roh Tae-ak, sebagaimana dikutip dari AFP, Rabu (4/6/2025).

Dari Lumpur Kemiskinan Menuju Singgasana Kepresidenan

Kisah hidup Lee ibarat kisah seorang pendaki yang memulai perjalanannya dari dasar jurang terdalam. Berasal dari latar belakang yang jauh dari kemewahan, Lee pernah harus meninggalkan bangku sekolah dan bekerja di pabrik untuk membantu perekonomian keluarganya. Dalam proses itu, ia bahkan mengalami cedera serius di bagian siku akibat kecelakaan kerja.

Namun takdir berkata lain. Ia memperoleh beasiswa untuk mempelajari ilmu hukum, hingga akhirnya lulus ujian advokat dan menjalani karier sebagai pengacara. Pengalaman masa mudanya yang penuh peluh dan luka justru menjadi bahan bakar emosional dalam membangun kredibilitas dan dukungan dari masyarakat kelas bawah.

“Anda dapat mengkhawatirkan orang-orang di luar yang menggigil kedinginan sementara Anda duduk di ruang tamu yang hangat,” kata Lee kepada AFP dalam sebuah wawancara pada tahun 2022.
“Namun, Anda tidak akan pernah benar-benar memahami penderitaan mereka,” imbuhnya.

Karier Politik: Dari Wali Kota hingga Gubernur

Langkah awal Lee dalam panggung kekuasaan dimulai dari posisinya sebagai Wali Kota Seongnam, sebuah wilayah yang terletak di sebelah selatan ibu kota Seoul. Selama delapan tahun masa jabatannya, ia dikenal sebagai pemimpin progresif, bahkan mengambil keputusan berani seperti menutup pasar daging anjing terbesar di Korea, yang dulunya menyumbang sekitar 80.000 ekor anjing per tahun.

Selanjutnya, ia naik tingkat menjadi Gubernur Provinsi Gyeonggi, wilayah administratif paling padat penduduk di negeri ginseng, yang mengelilingi Seoul. Jabatan ini ia emban lebih dari tiga tahun.

Kembali Bangkit Usai Kekalahan 2022

Lee pernah mencalonkan diri dalam Pemilihan Presiden Korea Selatan tahun 2022, namun kalah sangat tipis dari Yoon Suk Yeol — kekalahan yang disebut-sebut sebagai salah satu yang paling tipis dalam sejarah politik Korea Selatan. Meski sempat dirundung kekalahan dan teror, termasuk insiden penikaman pada tahun 2024 oleh seorang pria yang mengaku pendukungnya sendiri, Lee tak surut langkah.

Penyerang tersebut mengakui bahwa motifnya adalah untuk mencegah Lee naik menjadi presiden. Namun cobaan itu justru menguatkan tekad Lee untuk terus melangkah.

Visi dan Janji Politik

Lee bertekad membawa Korea Selatan menjadi salah satu kekuatan besar dunia di sektor kecerdasan buatan (AI). Ia juga tak gentar menuntut pertanggungjawaban bagi pihak-pihak yang terlibat dalam upaya penggulingan pemerintahan sebelumnya melalui mekanisme darurat militer.

Ia berjanji untuk “membawa unsur-unsur pemberontakan ke pengadilan”.

Sorotan Kritis dan Citra yang Dibentuk

Selama perjalanan politiknya, Lee kerap mendapat label populis oleh para lawan politiknya. Namun citra sebagai sosok yang “lahir dari bawah” justru membedakannya dari banyak elit mapan yang telah lama bercokol dalam lingkar kekuasaan.

“Ia adalah seseorang yang bangkit dari pinggiran, dari paling bawah,” kata Kim Hye-kyung, istrinya, dalam wawancara tahun 2017.
“Sama seperti seekor kutu yang harus melompat untuk diperhatikan, saya harap orang-orang dapat memahami dan memandangnya dalam konteks itu,” imbuhnya.

Bayang-bayang Hukum di Tengah Kemenangan

Meski kini berada di puncak kekuasaan, bayang-bayang perkara hukum belum sepenuhnya hilang dari Lee. Ia masih menghadapi tuduhan korupsi dalam proyek pembangunan real estat serta pelanggaran hukum pemilu terkait penyebaran informasi palsu. Meski begitu, Lee berkukuh bahwa semua dakwaan yang diarahkan padanya bermuatan politik.

Pada awal Mei lalu, Mahkamah Agung Seoul membatalkan putusan bebas atas Lee dan memerintahkan pengadilan ulang. Namun sidang tersebut ditangguhkan karena pemilu sudah dekat, dan kini, sebagai presiden, Lee memiliki kekebalan hukum selama masa jabatannya yang berlangsung lima tahun hingga 2030.

Lawan-lawan politiknya menganggap kasus tersebut cukup berat untuk menggugurkan pencalonannya.

“Dengan tuduhan korupsi seperti ini, bagaimana Anda bisa mencalonkan diri untuk jabatan publik?” kata Kim Moon-soo, pesaing utama Lee dalam debat televisi yang lalu.

Also Read

Tags

Leave a Comment