Luhut Disorot Usai Sebut Whoosh ‘Busuk’: Pengamat Singgung Peran dalam Proyek KCJB

Sahrul

Pernyataan mengejutkan keluar dari Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan. Dalam sebuah forum diskusi publik, tokoh yang pernah berada di jantung pengelolaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) ini justru menyebut proyek tersebut sebagai “barang busuk”. Pernyataan ini sontak memantik perdebatan luas di ruang publik, sebab Luhut pernah menjadi salah satu motor penggerak proyek ambisius itu.

Komentar tersebut dilontarkan Luhut dalam diskusi bertajuk Setahun Kinerja Pemerintahan Prabowo–Gibran di sebuah hotel mewah di Jakarta, Kamis (16/10/2025). Ia menyebut Kereta Whoosh—nama baru dari KCJB—telah bermasalah sejak awal. “Saya yang sedari awal mengerjakan itu (proyek KCJB), saya nerima sudah busuk itu barang (Kereta Whoosh),” tegas Luhut.

Pernyataan ini terasa janggal bagi banyak pihak. Pasalnya, pada 2021, Presiden Joko Widodo secara resmi menunjuk Luhut sebagai Ketua Komite Proyek KCJB melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 93 Tahun 2021. Regulasi itu mengubah Perpres Nomor 107 Tahun 2015 tentang percepatan penyelenggaraan prasarana dan sarana KCJB. Penunjukan tersebut diteken pada 6 Oktober 2021.

Dalam aturan itu pula, tiga menteri ditetapkan sebagai anggota komite: Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Luhut, yang kala itu menjabat Menko Marves, menjadi tokoh kunci yang mengawal jalannya proyek.

Dari Sanjungan ke Kritik Tajam

Ironi kian terasa jika menengok kembali pernyataannya dua tahun lalu. Saat peresmian Kereta Whoosh di Stasiun Halim, Jakarta, Senin (2/10/2023), Luhut dengan lantang menyebut proyek tersebut sebagai tonggak sejarah. “Pada hari ini kita patut berbahagia dan berbangga hati, karena Indonesia menorehkan tinta sejarah baru dalam dunia perkeretaapian modern,” ujarnya saat itu.

Ia juga mengakui bahwa dirinya menerima mandat langsung dari Presiden Jokowi untuk mengawal kelanjutan pembangunan proyek ini sejak 2019. Tantangan yang dihadapi kala itu bukan hal sepele: mulai dari pembebasan lahan yang pelik, koordinasi antarinstansi yang tidak efisien, hingga pendanaan yang terguncang akibat pandemi COVID-19.
“Tentu tidak heran banyak pihak yang pesimis proyek ini bisa diselesaikan. Tapi saya ingin melaporkan Presiden, Bapak memberikan semangat kepada kami untuk menyelesaikan kereta api ini,” kata Luhut.

Namun kini, suara Luhut berubah arah. Jika dulu ia menjadi wajah depan keberhasilan proyek, kini ia menjadi salah satu pengkritik paling keras.

Gelombang Respons: Dari Sindiran hingga Analisis

Ucapan Luhut tak luput dari sorotan para pengamat dan tokoh publik. Mantan Sekretaris BUMN, Said Didu, bahkan menyindirnya secara langsung melalui media sosial. “Mulai buang badan. Hahaha. Ada yang mulai buang badan,” tulis Said Didu, dikutip Minggu (19/10/2025).

Sementara itu, pakar komunikasi politik Hendri Satrio menilai ucapan Luhut justru membuka kembali catatan lama tentang tata kelola proyek nasional tersebut di masa pemerintahan sebelumnya. “Pernyataan Luhut justru membuka tabir ‘busuk’ pemerintahan sebelumnya,” kata Hensat melalui akun pribadinya di platform X.

Proyek Ambisius, Beban Berat

Proyek KCJB sejak awal memang diwarnai kontroversi dan persoalan finansial. Pembangunan yang menelan biaya sekitar US$7,27 miliar itu kini membebani neraca keuangan negara melalui BUMN.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai pemegang saham mayoritas, beban kerugian terus menumpuk:

  1. Kerugian bersih yang dikontribusikan ke KAI mencapai Rp951,48 miliar per Juni 2025.
  2. Total kerugian PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), konsorsium BUMN pemegang mayoritas saham KCIC, sebesar Rp1,625 triliun pada paruh pertama 2025.
  3. Akumulasi kerugian KAI selama Semester II 2024 hingga Semester I 2025 diperkirakan menyentuh Rp1,9 triliun.
  4. Kerugian tahun kalender 2024 mencapai Rp2,69 triliun.
  5. PSBI mengalami kerugian lebih dari Rp4 triliun sepanjang 2024.

Beban utang dan tingginya biaya operasional membuat proyek ini kini berada di bawah tekanan berat. Situasi tersebut semakin kompleks setelah salah satu tokoh yang dulu membela mati-matian proyek ini kini justru menudingnya sebagai barang “busuk”.

Antara Warisan dan Pertanggungjawaban

Pernyataan Luhut membuka babak baru perdebatan soal proyek Kereta Whoosh. Apakah kritik itu merupakan bentuk koreksi terhadap kebijakan masa lalu, atau justru upaya melepaskan tanggung jawab dari warisan kebijakan yang pernah ia kawal?

Yang jelas, proyek ini telah menjadi simbol dua wajah: di satu sisi sebagai proyek ambisius kebanggaan nasional, namun di sisi lain meninggalkan jejak beban finansial yang tidak ringan.

Also Read

Tags