Gelombang demonstrasi yang berlangsung sejak 25 hingga 31 Agustus lalu berujung pada penahanan sejumlah peserta aksi. Kondisi ini memantik desakan keras dari mahasiswa yang bertemu pimpinan DPR di kompleks parlemen.
Dalam audiensi yang berlangsung di ruang Abdul Muis, Rabu (3/9), Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, berada di hadapan massa perwakilan organisasi mahasiswa. Ia ditemani dua koleganya, Wakil Ketua DPR lainnya, Saan Mustopa dan Cucun Ahmad Syamsurizal.
Di tengah jalannya pertemuan, Abdul Hakim selaku perwakilan PB HMI mengangkat interupsi. Ia menolak pembahasan dilanjutkan sebelum ada kepastian bahwa rekan-rekan mereka yang ditahan dibebaskan. Baginya, forum akan kehilangan makna apabila suara mahasiswa di luar gedung masih terbelenggu.
“Izin Pak Prof Dasco, Kang Saan, Kang Cucun segera telepon Kapolri, sampaikan permintaan kami, kami semua di sini sepakat, semua sepakat ya kawan-kawan,” tegas Hakim yang langsung disambut pekik setuju para peserta audiensi.
“Sepakat,” ujar mereka kompak.
Massa Dinilai Bukan Pemberontak
Hakim menjelaskan bahwa kawan-kawan mereka yang masih mendekam di tahanan bukanlah pemberontak atau perusuh. Menurutnya, mahasiswa dan peserta aksi dari organisasi lain hanya ingin mengartikulasikan aspirasi.
Ia pun menegaskan bahwa tuduhan perusakan maupun pembakaran dalam unjuk rasa tersebut tidak benar adanya. “Kita tidak ada melakukan pengerusakan pembakaran tidak ada, silakan di cek di seluruh Indonesia tidka ada,” katanya.
Dengan penuh tekanan namun tetap santun, ia kembali meminta agar forum dihentikan sementara hingga tuntutan dipenuhi. “Sehingga sekali lagi dengan hormat sekali lagi dengan hormat detik ini juga segera telpon Kapolri segera bebaskan kawan-kawan kami yang ditangkap, baru kita jalankan kembali forum ini,” tambahnya.
Respons DPR
Mendengar desakan itu, Saan Mustopa yang bertindak sebagai moderator mencoba meredam ketegangan. Ia menekankan bahwa pihaknya akan melakukan koordinasi dengan kepolisian untuk memastikan kejelasan posisi massa yang ditahan, apakah terlibat dalam kerusuhan atau murni menyampaikan aspirasi secara damai.
“Kita juga akan mendengar dari polisi, pelanggaran apa yang dilakukan oleh mereka, kalau memang murni demonstrasi, kami minta pelan-pelan yang bisa dikeluarkan, dikeluarkan,” ujar Saan.
Antara Tekanan dan Negosiasi
Situasi audiensi ini menggambarkan bagaimana ruang parlemen menjadi arena tarik-menarik antara mahasiswa yang menuntut kebebasan rekannya dan para wakil rakyat yang berperan sebagai mediator. Desakan agar Dasco langsung menghubungi Kapolri ibarat ketukan palu yang diminta segera dijatuhkan—cepat, tegas, tanpa menunda.
Di sisi lain, pimpinan DPR berusaha mengambil jalan tengah, menyeimbangkan antara kewenangan legislatif dan prosedur penegakan hukum yang ada di ranah kepolisian.
Pertemuan ini memperlihatkan betapa eratnya relasi antara suara rakyat di jalanan dengan keputusan yang diambil di ruang parlemen. Mahasiswa menuntut agar rekan-rekan mereka segera bebas, sementara DPR berjanji menyalurkan desakan itu ke pihak kepolisian. Bagaimanapun hasil akhirnya, kejadian ini menjadi catatan penting bahwa demonstrasi bukan hanya berlangsung di jalan, melainkan juga menggema hingga ke ruang-ruang kekuasaan.