Sejarah kendaraan mewah dan cara pandangnya telah berkembang dengan sangat dinamis, menciptakan pemahaman yang berbeda dari masa ke masa. Persepsi terhadap mobil premium terus mengalami transformasi, dipengaruhi oleh perubahan zaman, kemajuan teknologi, dan tren sosial yang terus bergulir.
Pada masa lalu, kendaraan-kendaraan buatan Jepang sering dipandang lebih rendah dibandingkan dengan mobil-mobil asal Eropa. Namun, seiring berjalannya waktu, citra merek-merek Jepang mulai berubah dan semakin dihargai, dengan Lexus sebagai contoh utama kesuksesan sebuah merek premium Jepang yang mampu menembus pasar global.
Mobil-mobil yang diproduksi di China kini dihargai lebih tinggi di pasar Amerika Serikat (AS). Janji Presiden Donald Trump untuk menerapkan tarif impor yang lebih tinggi berarti bahwa memasuki pasar AS akan menjadi sangat mahal, kecuali jika produsen China memutuskan untuk mendirikan pabrik lokal, menurut laporan Carscoops pada Jumat (3/1).
Namun, data penjualan dari pasar Meksiko dapat memberikan bukti yang mendukung teori ini. Segmen mobil premium di negara tersebut telah lama dikuasai oleh merek-merek terkemuka seperti Mercedes-Benz dan BMW, yang mendominasi pangsa pasar kelas atas.
Namun, kemunculan kembali merek-merek asal China mencerminkan perubahan dalam preferensi konsumen, yang dipicu oleh kombinasi antara harga yang lebih terjangkau, inovasi teknologi, dan tingkat kenyamanan yang ditawarkan.
Berdasarkan data dari Asosiasi Distributor Otomotif Meksiko (AMDA), penjualan mobil mewah di negara ini mengalami penurunan sebesar 8,1 persen antara Januari hingga November.
Audi dan Mercedes-Benz tercatat mengalami penurunan penjualan masing-masing sebesar 21,9 persen dan 9,8 persen. Sementara itu, penjualan BMW menunjukkan angka yang stagnan di salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Amerika Latin ini.
Sementara para pemain besar yang sudah mapan berjuang, merek-merek asal China mengambil langkah berani. Motornation, yang mewakili merek-merek seperti BAIC, JMC, dan Changan, mencatatkan peningkatan penjualan sebesar 8,8 persen selama periode yang sama.
Jetour, sebagai pesaing yang relatif baru, mencatatkan lonjakan luar biasa dengan peningkatan penjualan sebesar 131 persen. Saat ini, merek-merek asal China menguasai 9,3 persen pangsa pasar mobil di Meksiko, sebuah pencapaian yang mencengangkan mengingat reputasi mereka yang kurang bersinar di kawasan ini hanya beberapa tahun lalu.
Pabrikan-pabrikan asal China juga memanfaatkan kebijakan pembebasan tarif di Meksiko untuk kendaraan listrik, yang berlaku sejak tahun 2020 hingga Oktober 2023, sebagai kesempatan untuk memperluas pasar mereka di negara tersebut.
Merek-merek seperti BYD dan Zeekr kini menghadirkan berbagai model kendaraan listrik, mulai dari mobil kompak dengan harga sekitar 17.000 dolar AS (sekitar Rp275,4 juta) hingga mobil mewah yang dihargai 50.000 dolar AS (sekitar Rp810 juta).
Kemampuan untuk beradaptasi di berbagai rentang harga ini telah memperkuat daya tarik kendaraan-kendaraan asal China. Mereka mampu menawarkan pilihan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen di setiap titik dalam kisaran harga yang tersedia.
Saat produsen mobil China semakin mengukuhkan posisi mereka, merek-merek mewah tradisional dihadapkan pada serangkaian tantangan yang sulit untuk dijawab.
Bagaimana mereka dapat bersaing di pasar yang semakin menekankan pada harga yang terjangkau tanpa mengorbankan kualitas? Meskipun merek-merek seperti Mercedes-Benz dan BMW telah lama menjadi simbol status, kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan preferensi konsumen yang baru ini akan menjadi faktor penentu bagi kelangsungan mereka, baik di Meksiko maupun di pasar global.
Saat ini, jalan-jalan di Meksiko menceritakan kisah yang jelas: SUV dan pikap dengan logo yang sebelumnya kurang dikenal kini semakin mantap bersanding dengan merek-merek ternama yang sudah lama mapan.
Apakah tren ini akan bertahan lama akan sangat bergantung pada sejauh mana merek-merek tersebut mampu mengatasi tantangan politik dan menjaga reputasi mereka yang terus berkembang dalam hal nilai dan inovasi.