Netanyahu Dianggap Bertindak Sepihak dalam Serangan ke Gaza dan Lebanon

Sahrul

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan sikap kerasnya terhadap situasi keamanan di Timur Tengah. Dalam pernyataannya yang dikutip oleh AFP, Senin (27/10/2025), Netanyahu mengklaim bahwa Israel memiliki kebebasan penuh untuk menyerang negara mana pun yang dianggap mengancam kedaulatannya. Ia juga menekankan bahwa kendali atas Jalur Gaza sepenuhnya berada di tangan pemerintah Israel.

Pernyataan tersebut disampaikan Netanyahu dalam sebuah rapat bersama para menterinya pada Minggu (26/10). Ia mencontohkan langkah Israel yang belakangan kembali melancarkan serangan udara ke wilayah Lebanon, yang disebut menargetkan posisi kelompok Hamas dan Hizbullah.

“Israel merupakan negara merdeka. Kami akan membela diri dengan cara kami sendiri dan kami akan terus menentukan nasib kami sendiri,” tegas Netanyahu.
“Kami tidak meminta persetujuan siapa pun untuk hal ini. Kami mengendalikan keamanan kami sendiri,” tambahnya.

Serangan Tanpa Izin, Dunia Kembali Soroti Arogansi Netanyahu

Pernyataan Netanyahu itu datang di tengah meningkatnya ketegangan di Jalur Gaza dan Lebanon, wilayah yang seharusnya berada dalam kondisi gencatan senjata. Namun, rentetan serangan udara Israel kembali memporakporandakan kawasan tersebut.
Langkah sepihak Tel Aviv ini kembali menuai sorotan dunia internasional, yang menilai Netanyahu bertindak seperti “penentu tunggal” di atas hukum internasional.

Serangan Israel, yang diklaim untuk melumpuhkan posisi militer Hamas dan sekutunya, memunculkan kekhawatiran akan runtuhnya kesepakatan damai yang tengah diupayakan oleh Amerika Serikat dan sejumlah negara Arab. Ironisnya, pernyataan keras Netanyahu tersebut muncul tak lama setelah kunjungan pejabat tinggi AS ke Tel Aviv, yang membawa misi untuk mengonsolidasikan gencatan senjata di Gaza.

Netanyahu Tegaskan Kontrol Penuh atas Gaza dan Pasukan Internasional

Tak berhenti di situ, Netanyahu juga menegaskan bahwa Israel akan memiliki kendali penuh terhadap pasukan internasional yang nantinya ditempatkan di Gaza dalam rangka menjaga perdamaian. Ia menegaskan bahwa pihaknya akan menentukan negara mana yang diizinkan dan tidak diizinkan bergabung dalam misi tersebut.

“Kami mengendalikan keamanan kami, dan kami juga telah menjelaskan mengenai pasukan internasional bahwa Israel akan menentukan pasukan mana yang tidak dapat kami terima, dan beginilah cara kami beroperasi dan akan terus beroperasi,” kata Netanyahu seperti dikutip Reuters, Senin (27/10/2025).

Menurutnya, langkah itu juga telah mendapat pemahaman dari Washington.
“Hal ini, tentu saja, juga dapat diterima oleh Amerika Serikat, sebagaimana telah diungkapkan oleh perwakilan paling seniornya dalam beberapa hari terakhir,” ujarnya.

Dengan kata lain, Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak akan membiarkan kekuatan asing mengatur keamanan di Gaza, bahkan dalam misi yang diinisiasi oleh komunitas internasional.

Dunia Masih Ragu Soal Rencana Pasukan Multinasional di Gaza

Hingga kini, belum ada kejelasan mengenai negara-negara yang bersedia mengirimkan pasukan perdamaian ke Gaza. Beberapa negara Arab dikabarkan masih menolak rencana tersebut, terutama karena Hamas menentang pelucutan senjata yang diisyaratkan dalam kesepakatan gencatan senjata baru.

Sementara itu, Israel mengekspresikan kekhawatiran mengenai komposisi pasukan internasional, terutama jika ada negara-negara yang dinilai kurang sejalan dengan kebijakan Tel Aviv.

Meski Amerika Serikat telah menyatakan tidak akan mengirimkan tentaranya, pemerintahan Donald Trump disebut tengah menjalin komunikasi dengan sejumlah negara seperti Indonesia, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, Turki, dan Azerbaijan untuk berkontribusi dalam pembentukan pasukan multinasional tersebut.

Prabowo Siap Kirim Pasukan Perdamaian ke Gaza, Dapat Pujian dari Trump

Di tengah situasi yang masih panas itu, Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyatakan kesiapannya untuk mengirim pasukan perdamaian ke Gaza. Langkah tersebut dianggap sebagai upaya konkret Indonesia dalam mendukung stabilitas dan kemanusiaan di Timur Tengah.

Dilansir Al Jazeera, Selasa (22/10), Donald Trump menyebut bahwa beberapa negara di kawasan Timur Tengah telah menyatakan kesiapan untuk mengirim pasukan guna membantu menjaga perdamaian di Gaza, khususnya menghadapi potensi ancaman baru dari Hamas.

“Banyak sekutu besar kita yang sekarang di Timur Tengah, dan wilayah di sekitar Timur Tengah, telah secara eksplisit dan tegas, dengan antusiasme yang besar, memberi tahu saya bahwa mereka akan menyambut baik kesempatan, atas permintaan saya, untuk memasuki Gaza dengan kekuatan besar dan ‘meluruskan Hamas kita’ jika Hamas terus bertindak buruk, yang melanggar perjanjian mereka dengan kita,” kata Trump di Truth Social.

Meski tidak menyebutkan secara eksplisit negara-negara yang dimaksud, Trump secara khusus menyampaikan apresiasi kepada Indonesia dan Presiden Prabowo Subianto.
“Saya ingin berterima kasih kepada negara Indonesia yang besar dan kuat, dan pemimpinnya yang luar biasa, atas semua bantuan yang telah mereka tunjukkan dan berikan kepada Timur Tengah, dan kepada AS,” tutur Trump.

Netanyahu di Persimpangan Dunia

Langkah Netanyahu yang terus menunjukkan sikap unilateral dalam urusan militer membuat banyak pihak mempertanyakan arah kebijakan Israel. Ia seolah berdiri di persimpangan antara kedaulatan dan kesewenang-wenangan.
Bagi sebagian pihak, pernyataannya dianggap bentuk ketegasan seorang pemimpin yang ingin menjaga negaranya. Namun bagi yang lain, sikap itu adalah manifestasi dari arogansi kekuasaan yang bisa mengancam perdamaian global.

Sementara itu, upaya negara-negara seperti Indonesia untuk menjadi jembatan perdamaian memberi secercah harapan bahwa diplomasi masih punya tempat — meski di tengah dentuman bom dan kebijakan yang berjalan “tanpa izin siapa pun.”

Also Read

Tags